Sedekah Dusun yang digelar di Balai Adat Kelurahan Gunung Kemala itu diikuti oleh masyarakat dan puluhan pelajar dari tiga provinsi, yakni Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan
Warga bersama pemangku adat membawa rakit sesajen sedekah untuk hanyutkan kesungai
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat mengunjungi Kelurahan Gunung Kemala dalam Gebyar Seni Budaya Multikultural Se Indonesia berpetualang dalam kegiatan Jejak Tradisi Daerah (Jetrada) 2018
Kegiatan tersebut mengekplorasi tradisi-tradisi daerah guna melestarikan nilai budaya yang mulai tinggal oleh zaman
Puluhan pelajar yang mewakili Provinsi masing-masing yakni Provinsi Bengkulu diwakili oleh SMA Xaverius Curup dan SMAN 1 Rejang Lebong, Provinsi Sumatera Barat SMAN 15 dan 16 Padang dan Provinsi Sumatera Selatan diikuti oleh SMA Negeri 2, 4, 5 dan 18 Palembang dan juga diikuti oleh SMA Negeri 1,5,6 dan 7 Prabumulih
Warga gunung kemala menunggu siraman air suci (belanger) untuk mensucikan diri
Mereka diberikan pendidikan tentang pentingnya dalam melestarikan nilai budaya sekaligus Observasi tentang adat yang ada di Gunung Kemala
Tak hanya itu, puluhan siswa juga menampilkan tarian adat dan drama cerita lokal dari masing-masing provinsi yang digelar di Gedung Serbaguna Kelurahan Gunung Kemala, kamis (19/4/18) seperti cerita Malin Kundang yang diperankan oleh siswa SMAN 15 Padang yang mengisi acara Sedekah Dusun yang menarik perhatian masyarakat setempat
Sedekah Dusun yang diakhiri dengan belangir atau mensucikan diri dengan cara menyiramkan air langir yang terbuat dari berbagai macam tumbuhan seperti buah kundu dan jeruk nipis, kemudian air suci itu disemburkan menggunakan sapu yang terbuat dari batang belidang emas, daun beringin dan kayu salah yang didapat dihutan dan disiram kewarga yang telah duduk rapi menunggu belangir
Tradisi dilanjutkan dengan penghanyutan Rakit yang terbuat dari bambu dan batang pisang yang berisikan sesajen berupa apam serabi, ayam, buah pinang dan sesajen lainnya
Rakit yang dibuat dan sudah diberi mantra oleh Cik Alim Pemangku adat Gunung Kemala lengkap dengan sesajen dihanyutkan keilir sungai, hal tersebut diyakini agar seluruh penyakit dan dosa-dosa yang diperbuat masyarakat akan hilang terbawah arus sungai sedupi
warga bersama siswa menghantarkan sesajen untuk dihanyutkan
“Rakit sesajen kita arak menuju sungai untuk kemudian kita hanyutkan ke sungai sedupi, dengan demikian warga gunung kemala harus berpantang, tidak boleh membakar hutan, menyapu dihalaman dan aktifitas yang menggangu sedekah” tutur Cik Alim
Tradisi yang masih dijalankan oleh masyarakat Gunung Kemala menjadi kebanggaan dan bahan pembelajaran siswa yang ikut dalam jejak tradisi daerah 2018
Kadril, SH selaku ketua Jetrada 2018 Sumatera Barat saat dibincangi wartawan media ini mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan leluhur yang hingga saat ini masih dijalankan
“hal seperti inilah yang kami cari, kami memberikan pemahan kepada anak didik kami pentingnya melestarikan adat daerah, karena adat juga merupakan hukum yang tak pernah bisa dilawan oleh masyarakat dan harus dipatuhi masyarakat setempat” tukasnya
Keseruan sedekah dusun yang turut di abadikan masyarakat setempat
“kepatuhan inilah yang menjadi motivasi bagi kita, karena hukum negara masih ada yang bisa melawan namun hukum adat yang melekat membuat mereka patuh dengan perintah adat” tambahnya
Setelah sedekah dusun dilaksanakan warga Gunung Kemala diwajibkan berpantang diri dari aktifitas yang akan mengganggu sedekah selama tiga hari (Taufik)
No comments:
Post a Comment