Namun, faktor pemicu bukan hanya derasnya curah hujan. Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan juga ikut memperparah kondisi. Pantauan di lapangan menunjukkan tumpukan plastik, kayu, hingga limbah rumah tangga berserakan di aliran Sungai Kelekar maupun saluran drainase.
Menyikapi hal itu, Wali Kota Prabumulih, H. Arlan, menegaskan bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah.
“Banjir tidak bisa ditangani pemerintah saja. Semua warga harus ikut peduli. Jangan buang sampah sembarangan, apalagi ke parit atau sungai,” tegas Cak Arlan.
Sejalan dengan itu, Ketua DPRD Kota Prabumulih, Deni, juga mengimbau masyarakat untuk mulai disiplin dalam hal sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya.
“Kalau kita mau lingkungan tetap bersih dan sehat, mari rawat bersama. Hal kecil seperti membuang sampah dengan benar bisa berdampak besar,” ujarnya.
Di sisi lain, warga terdampak banjir mengaku resah. Ana, warga Kelurahan Majasari, mengaku selalu was-was setiap hujan deras datang.
“Takut banjir, takut tanah amblas. Apalagi sungai penuh sampah, airnya sampai hitam dan bau,” keluhnya.
Peristiwa banjir yang terjadi pada Kamis, 11 September 2025, bahkan merusak beberapa fasilitas umum. Drainase di Jalan Sudirman, Kelurahan Tugu Kecil, Kecamatan Prabumulih Timur, amblas akibat tergerus air.
Sebagai bentuk respons cepat, Wali Kota turun langsung meninjau titik banjir. Dari hasil pengecekan, ditemukan sejumlah saluran air tersumbat oleh sampah hingga bangunan lapak warga yang menutup jalur aliran.
Cak Arlan menekankan bahwa peran drainase sangat vital dalam mencegah banjir. Karena itu, ia meminta seluruh pihak menjaga kebersihan lingkungan agar saluran air dapat berfungsi sebagaimana mestinya.(SN)
























