Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Momentum Hardiknas "Pentingnya Literasi Digital"

SININEWS.COM - Sabtu, 2 Mei 2020 adalah Hari Pendidikan Nasional. Hari dimana kita mengenang dan memperingati bahwa republik ini dirintis dan didirikan oleh kaum terdidik. Mereka adalah generasi baru di zamannya yang merasakan pengajaran, pendidikan dan pencerahan. 

Mereka sangat sadar atas manfaat langsung pendidikan dan karena itulah mencerdaskan kehidupan bangsa mereka tetapkan sebagai sebuah amanah yang harus ditunaikan. Sebuah pesan tegas bahwa kunci kemajuan bangsa ini ada pada kualitas manusianya melalui pendidikan. 

Sejarah peradaban umat manusia menunjukkan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia. 
Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia. 

Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, sampai dengan masyarakat. 

Penguasaan enam literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 menjadi sangat penting tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua dan seluruh warga masyarakat. Enam literasi dasar tersebut mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. Pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi bangsa adalah melalui penyediaan bahan bacaan dan peningkatan minat baca anak. 

Sebagai bagian penting dari penumbuhan budi pekerti, minat baca anak perlu dipupuk sejak usia dini mulai dari lingkungan keluarga. Minat baca yang tinggi, didukung dengan ketersediaan bahan bacaan yang bermutu dan terjangkau, akan mendorong pembiasaan membaca dan menulis, baik di sekolah maupun di masyarakat. 

Dengan kemampuan membaca ini pula literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dapat ditumbuhkembangkan. Literasi digital dalam dunia pendidikan Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. 

Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Dalam pengertian yang lebih kompleks, literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Selain kemampuan dalam hal membaca dan menulis, literasi juga mencakup kemampuan untuk mengenali dan memahami ide -- ide yang disampaikan secara visual, yaitu dalam bentuk video ataupun gambar. 

 Oleh karena itu, momentum hari pendidikan nasional tahun 2020, di tengah wabah virus corona yang belum menunjukan tanda-tanda akan berakhir harus kita jadikan landasan dan pijakan awal untuk menerapkan literasi digital secara komprehensif. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi pendidik dalam memanfaatkan teknologi, mengasah kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan media digital, dan memastikan informasi yang diberikan kepada peserta didik adalah benar. 

Jangan sampai literasi digital ini (pembelajaran daring) dalam dunia pendidikan hanya sekedar mememuhi tuntutan kewajiban belajar dari rumah, setelah wabah berakhir, maka berakhir pula model pembelajaran digital ini, sungguh sangat mengerihkan dan menyedihkan jikalau hal itu terjadi. Literasi digital dalam dunia pendidikan adalah keniscayaan. Saat ini tidak sedikit start up yang menawarkan dan memfasilitasi berbagai macam metode belajar dengan menggunakan teknologi. 

Masing-masing menawarkan keunggulan dan metode pembelajarannya masing-masing yang sesuai kebutuhan pasar. Selain itu, buku-buku digital juga banyak tersedia di mesin pencari digital. Pembelajaran tatap muka saat ini tidak terhalang oleh rnuang dan waktu sebab tatap dapat dilakukan dari jarak jauh. Era digital membuat pembelajaran menjadi lebih mudah dan efisien. 

Namun di balik kemudahan yang ditawarkan oleh era digital di bidang pendidikan ini tentu era ini memberikan tantangan yang cukup besar terutama dalam penguatan karakter peserta didik. Orang tua dan guru perlu usaha yang lebih keras untuk mampu memberikan literasi digital agar peserta didik tidak menyalahgunakan perkembangan teknologi saat ini. Tidak dapat disangkal bahwa saat ini anak-anak dalam kesehariannya tidak lepas dari internet. 

Pendidikan bukan sesuatu yang statis tetapi dinamis. Proses pendidikan mau tidak mau harus mengikuti perkembangan yang ada sehingga pendidikan tidak menjadi barang kuno dan antik. Tradisi keindonesiaan tentu harus terus dirawat dalam dunia pendidikan, dimana sopan santun, tata krama, akhlakul karimah ditinggikan. 

Namun pendidikan juga harus mampu merespon moderniasi, sebab peserta didik harus dipersiapkan untuk dapat berkembang sesuai dengan perkembangan di zamannya. Setiap individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang ini. Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya. 

Generasi yang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital mempunyai pola berpikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Setiap orang hendaknya dapat bertanggung jawab terhadap bagaimana menggunakan teknologi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. 

Teknologi digital memungkinkan orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga dan teman dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, dunia maya saat ini semakin dipenuhi konten berbau berita bohong, ujaran kebencian, dan radikalisme, bahkan praktik-praktik penipuan. 

Keberadaan konten negatif yang merusak ekosistem digital saat ini hanya bisa ditangkal dengan membangun kesadaran dari tiap-tiap individu. Oleh karena itu, jadilah literat digital yang dapat memproses berbagai informasi, dapat memahami pesan dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam berbagai bentuk, termasuk menciptakan, mengolaborasi, mengomunikasikan, dan bekerja sesuai dengan aturan etika, dan memahami kapan dan bagaimana teknologi harus digunakan agar efektif untuk mencapai tujuan. 

Termasuk juga kesadaran dan berpikir kritis terhadap berbagai dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. (sn)

Oleh: Bayumie Syukri, AP., SE.,M. Si (Praktisi dan Pemerhati Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan
Share:

Corona Makin Eksis, Dunia Pendidikan Bermetamorfosis

SININEWS.COM - Corona Virus Deases (covid) 19 menjadi malapetaka bagi sebagian profesi, semakin hari semakin eksis dan belum menunjukan tanda-tanda untuk berakhir. Seperti dokter dan para medis menjadi hari-hari yang melelahkan bahkan menakutkan. Karena virus ini sangat mematikan, ratusan ribu orang di berbagai  belahan dunia tewas karena virus ini. 

Diantara mereka tidak sedikit yang berprofesi dokter dan tenaga medis. Virus ini mudah menyebar dari satu orang ke orang lain. Efeknya pemerintah melarang berkumpul dalam jumlah yang banyak, tidak boleh dekat-dekat termasuk dengan siswa disekolah. Walhasil, banyak kantor dan aktivitas lain diliburkan sampai waktu yang belum ditentukan. Walaupun demikian kita harus yakin bahwa dibalik semua bencana dan tragedi ada hikmah dibalik itu.

Dampak mewabahnya virus corona (Covid-19) kini juga telah dirasakan oleh dunia pendidikan. Hal ini telah diakui oleh organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), bahwa wabah virus corona telah berdampak terhadap sektor pendidikan. Hampir 300 juta siswa terganggu kegiatan sekolahnya di seluruh dunia dan terancam hak-hak pendidikan mereka di masa depan.

Jika kondisi ini terus meningkat, maka sudah bisa dipastikan dampaknya terhadap sektor pendidikan juga akan semakin meningkat. Dampak yang paling dikhawatirkan adalah efek jangka panjang. Sebab para siswa dan mahasiswa secara otomatis akan merasakan keterlambatan dalam proses pendidikan yang dijalaninya. 

Hal ini bisa mengakibatkan pada terhambatnya perkembangan kematangan mereka di masa yang akan datang.

Apalagi jika Covid-19 ini tidak segera berakhir. Dengan kebijakan penundaan sekolah-sekolah di negara-negara yang terdampak virus tersebut secara otomatis dapat mengganggu hak setiap warganya untuk mendapatkan layanan pendidikan yang layak. 

Penutupan sekolah-sekolah dan kampus tersebut tentu dapat menghambat dan memperlambat capaian target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan atau sekolah masing-masing. kondisi demikian akan mengganggu pencapaian kematangan siswa dalam meraih tujuan belajarnya, baik secara akademis maupun psikologis. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah dampak psikologisnya. Siswa yang harus tertunda proses pembelajarannya akibat penutupan sekolah dan sangat memungkinkan akan mengalami trauma psikologis yang membuat mereka demotivasi dalam belajar.

Adapun untuk terhambatnya proses pendidikan karena penutupan dan penundaan waktu belajar, maka perlu disiapkan solusi kongkret pula. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan sistem pembalajaran jarak jauh dengan memanfaat teknologi yang ada. Sebab jika tidak, maka ini akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kematangan hasil dan pencapaian dari proses pendidikan.

Dunia Pendidikan Bermetamorfosis

Pandemik Covid-19 telah memaksa jutaan peserta didik harus belajar di rumah dan sementara itu banyak pendidiknya tiba-tiba jadi “gagap mengajar” karena harus mengubah cara mengajar secara drastis dari tatap muka menjadi cara daring secara tiba- tiba. 

Tidak ada kejelasan tentang kapan persoalan pendemik Covid-19 dapat berakhir oleh karena itu sangatlah penting untuk membekali para pendidik dengan pedagogik yang terkait erat dengan pemanfaatan teknologi. 

Tahun 2020 akan menjadi tahun yang tak terlupakan bagi dunia pendidikan nasional. Semua agenda nasional pendidikan dibatalkan. Di tahun ini, tercatat tahun yang memiliki jadwal libur sekolah yang paling panjang. Guru-guru dipaksa untuk berfikir keras menyiapkan modul dan model pembelajaran jarak jauh. Mendekatkan mereka memanfaatkan teknologi internet untuk pembelajaran. 

Sesungguhnya pembelajaran cara daring bukanlah hal yang sangat baru, sudah terdapat teori-teori pendidikan dan penelitian yang berkaitan dengan belajar jarak jauh sehingga seharusnya belajar cara daring bukan sekedar sebuah proses “digitalisasi” bahan ajar, yaitu mengubah bahan ajar hanya jadi bahan bacaan atau tontonan secara digital. Prof George Siemens, seorang guru besar dari Athabasca University di Kanada merupakan salah seorang pelopor pengembangan pedagogik untuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi.

Ia mengusulkan sebuah teori alternatif untuk pendidikan yaitu Connectivism. Ini adalah sebuah teori pendidikan yang memasukkan teknologi dan konektivitas sebagai bagian dari kegiatan belajar yang penting.

Siemens (2005) menyatakan bahwa Connectivism dikembangkan sebagai respons terhadap tren dan kebutuhan abad ke-21, ini terkait dengan kemajuan teknologi dan makin pentingnya peran jaringan (network) yang terjadi akibat perkembangan teknologi. 

Siemens (2005) menyimpulkan bahwa teori behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme, yang paling sering digunakan tidak dapat mengakomodasi semua dampak kemajuan teknologi karena teori-teori tersebut dikembangkan pada saat teknologi belum memiliki pengaruh terhadap pengalaman belajar peserta didik sebanyak hari ini.

Dunia pendidikan yang dikomandoi oleh tenaga pendidik (guru) harus siap menghadapi perubahan yang sangat drastis.  Konsep pendidikan yang sekarang ini dilakukan jauh melampaui ekspektasi atau perkiraan kita semua.  

Konsep pembelajaran daring ini sejatinya akan diterapkan 5 tahun yang akan datang, tetapi waktu, situasi dan kondisi serta keadaan memaksakan guru harus siap dengan model pembelajaran daring.  Siap dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang baik secara fisik maupun psikhis untuk melakukan /mengikuti suatu rangkaian tindakan atau perbuatan atau perlakuan dengan sadar. 

Sikap siap yang ditunjukkan seseorang kadarnya akan berbeda beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya. Secara garis besar faktor tersebut ada yang bersifat instrinstik dan ada pula yang ekstrinstik. Faktor instrinstik bisa juga disebut faktor yang berasal dari dalam diri individual yang muncul karena adanya kesadaran diri bukan karena hal lain. 

Faktor ekstrinstik ini lebih mengarahkan pada bentuk kesadaran diri, karena passion, atau karena memiliki pandangan untuk melakukan hal itu atas kewajiban sebagai hamba tuhan. 
Guru juga harus kreatif dalam menyikapi situasi pandemi Covid-19 ini dalam proses pembelajaran, karena kreativitas adalah simbol kualitas seseorang. 

Semakin banyak kreativitas yang dihasilkan, maka semakin tinggi dan baik kualitas seseorang. Hal ini mencerminkan bahwa pola pemikirannya sangat dinamis dan berkembang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Kegiatan pembelajaran adalah merupakan implementasi kehidupan masyarakat di dalam sebuah lingkungan sempit dengan seorang pengelola yang berstatus sebagai guru atau fasilitator. 

Dengan adanya pembimbing atau fasilitator inilah, maka proses dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan secara berurutan dan sistematis. Semakin piawai seorang guru, maka semakin besar keberhasilan proses pembelajaran. 

Dan, kepiawaian seorang guru dapat ditunjukkan dalam bentuk keterampilan guru dalam membimbing dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Kita perlu menyadari bahwa guru kita masih banyak yang belum mengembangkan kreativitas dirinya secara maksimal, masih banyak kemampuan diri yang tersimpan rapi di dalam laci-laci hati mereka. Bahkan tidak sedikit yang sudah membeku sehingga yang diberikan kepada anak didik hanyalah tetes-tetesan dari kreativitas yang sudah mengkristal atau membeku.

Penulis menggunakan istilah metamorfosis dalam tulisan ini, semata mata untuk menjelaskan istilah adanya perubahan mendasar dalam tatanan, susunan dan struktur pendidikan dan pembelajaran di Indonesia, akibat dampak dari Covid-19.  Di balik mewabahnya virus, pendidikan kita saat ini telah membuktikan bahwa teori disrupsi, salah satunya yaitu digitalisasi pendidikan dengan mengalihkan sementara proses pembelajaran melalui via daring. 

Secara singkatnya disrupsi adalah perubahan cara atau pola kehidupan manusia dalam menyelesaikan masalah serta menggantikan sistem yang lama dengan sistem yang belum ada presedennya. Berbicara era disrupsi tidak akan lepas dari kata revolusi industry 4.0, revolusi ke empat ini adalah perubahan dibidang industri akibat pesatnya perkembangan teknologi seperti Artifisial intelegence, Robotik, Virtual Reality, Internet Of Things, dan lain-lain.

Lompatan yang nyata dalam dunia pendidikan yang bermetamorfosis adalah adaya pembejalaran daring (online), yang selama ini barangkali sangat sedikit dimanfaatkan oleh tenaga pendidikan dalam memberikan dan menyampaikan pembelajaran, hal ini tentu memberikan manfaat dan nilai tambah dalam dunia pendidikan, yang seharusnya model ini akan diterapkan 5 tahun kedepan.

Ujian Nasional (UN) yang sejatinya akan diganti dengan Assemesment Kompetensi Minimum dan survey karakter pada tahun 2021, memaksa pemerintah untuk meniadakan UN pada tahun pelajaran 2019/2020 ini karena pertimbangan keamanan dan kesehatan siswa dan keluarga siswa yang merupakan hal terpenting. Selain itu, pertimbangan bahwa UN yang tidak menjadi syarat kelulusan ataupun seleksi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi membuat jajaran pemerintah sepakat untuk meniadakan UN.

Model pemberian penilaian yang selama ini hanya berpedoman pada penilaian kognitif saja, maka dengan Covid-19 ini, penilaian bisa dilakukan dengan cara portofilio, yaitu pengumpulan data berdasarkan prestasi yang telah dimiliki oleh siswa, baik secara akademik, maupun secara non akademik.  
Mengerakan mahasiswa tingkat akhir fakultas kedokteran untuk menjadi bagian dari  relawan penggerak dalam membantu pemerintah mengatasi visus corona ini, melalui program-program komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat, melayani "call center", dan menyiapkan diri sebagai tenaga bantuan dalam kondisi darurat sesuai kompetensi dan kewenangannya, hal ini menunjukan bahwa adanya metamorfosis dalam tatanan dunia pendidikan kita dewasa ini. 

Disamping itu juga penggunaaan anggaran sekolah melalui distribusi dana BOS, juga bisa digunakan dan dimanfaatkan dalam penyediaan dan pengadaan alat-alat yang berhubungan dengan pemberantasan penyebaran virus corona.

Dalam musibah sesungguhnya ada keluangan berpikir yang menghasilkan hikmah bagi orang yang berpikir, menggunakan pengetahuan dan berbagi wawasan dengan yang lain. Pantanglah menggerutu meski tetap waspada, ancaman apapun pasti datang, entah itu menguatkan kita atau justru membuat kita semakin terjerembab. Kualitas kita terlihat dari cara kita menghadapi masalah, kuat atau pasrah.(ril)

Oleh : Bayumie Syukri, AP., SE., M.Si.*
(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)
Share:

Peduli Pendidikan, Pertamina EP Berikan Bantuan Pojok Baca di Wilayah 3T

SEMBAKUNG, SININEWS.COM - Sembakung PT Pertamina EP, anak perusahaan PT Pertamina (Persero) sekaligus Kontraktor Kontrak Kerja Sama di bawah pengawasan SKK Migas, mempunyai tugas utama mencari sumber daya minyak dan gas untuk mendukung pencapaian target produksi yang sudah ditetapkan. Sesuai dengan visi misi Perusahaan untuk tumbuh dan berkembang bersama lingkungan, PT Pertamina EP juga senantiasa memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.

Salah satu implementasi yang dilaksanakan di bidang pendidikan dilaksanakan oleh Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field. PEP Tarakan Field memberikan bantuan Pojok Baca kepada SDN 018 Sembakung, Desa Tepian, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan. Pembuatan Pojok Baca ini merupakan bagian dari Program Corporate Social Responsibility (CSR) di bidang pendidikan sebagai sarana belajar siswa sekolah dasar dengan bentuk bantuan berupa buku-buku pengetahuan umum untuk anak-anak sebanyak 300 buku serta audio book, Rabu (22/01).  

SDN 018 Sembakung berada di ring 1 wilayah operasi PT Pertamina EP Tarakan Field, tepatnya di Desa Tepian Kecamatan Sembakung Kabupaten Nunukan. Desa Tepian berada di pelosok Kalimantan Utara, untuk sampai kesana diperlukan waktu sekitar 2 jam dengan menggunakan speed boat dari Kota Tarakan. Meskipun berada di daerah terpencil dengan akses jalan terbatas, pojok baca diharapkan menjadi solusi atas keterbatasan dan minimnya sarana pendidikan disana.

Peresmian Pojok Baca dilakukan langsung oleh Agung Wibowo selaku Field Manager beserta jajaran management Tarakan Field dan diserahkan kepada Kepala Desa Tepian. Dalam sambutannya, Agung Wibowo menyampaikan bahwa pojok baca merupakan salah satu bentuk dukungan perusahaan terhadap peningkatan minat baca anak didik guna menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan. Terutama untuk mendukung perkembangan pendidikan di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). 

“Kami berharap, dengan adanya Pojok Baca ini dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik, terutama dalam meningkatkan minat baca anak didik sehingga wawasan mereka semakin bertambah,” ujar Agung. 

Mewakili Kepala Desa Tepian, Nurdiansyah  menyampaikan ucapan terima kasih dan harapannya terhadap pojok baca yang telah diberikan perusahaan. 

“Atas nama Desa Tepian, kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Pertamina EP Tarakan Field yang telah memberikan Pojok Baca beserta isinya. Semoga dengan adanya pojok baca ini, dapat memberikan banyak manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kepada murid SDN 018 Sembakung,” ujarnya.

Selain pojok baca, Tarakan Field juga memberikan bantuan 2 unit komputer untuk SMPN 2 Sembakung, diharapkan dengan bantuan komputer dan pojok baca tersebut dapat memudahkan kegiatan belajar mengajar siswa di wilayah 3T.(ril/SN)

Share:

MENAKAR KONSEP “MERDEKA BELAJAR”

SININEWS.COM - Merdeka Belajar menjadi salah satu program inisiatif Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mas Nadiem Makarim yang ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia. dan suasana yang happy. Tujuan merdeka belajar adalah agar para guru, peserta didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia. "Merdeka belajar itu bahwa proses pendidikan  harus menciptakan suasana-suasana yang membahagiakan. Bahagia buat siapa? Bahagia buat guru, bahagia buat peserta didik, bahagia buat orang tua, dan bahagia untuk semua orang"

Program merdeka belajar ini dilahirkan dari banyaknya keluhan di sistem pendidikan. Salah satunya keluhan soal banyaknya peserta didik yang dipatok oleh nilai-nilai tertentu.  “Merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir, terutama esensi kemerdekaan berpikir ini harus ada di guru dahulu. Tanpa terjadi di guru, tidak mungkin bisa terjadi di peserta didik."  

Saat kita bicara bahwa kita percaya kemerdekaan guru dan kemerdekaan belajar, maka akan bersinggungan dengan banyak hal. Salah satunya kemerdekaan dalam proses belajar.  Proses belajar butuh kemerdekaan, sudah tentu. Sebab, kemerdekaan harus melekat pada subyek yang melakukan proses belajar: anak ataupun orang dewasa. Termasuk melibatkan dan dukungan banyak pihak.
Perspektif kemerdekaan itu sendiri, bukan sekadar kepatuhan atau perlawanan. Kemerdekaan adalah sesuatu yang diperjuangkan, bukan diberikan.  Makanya, kenyataan yang paling menyedihkan dari pengembangan guru, dewasa ini adalah titik di mana seringkali membuat guru merasa disalahkan. Bukan didengarkan.  Sebenarnya, dalam hampir semua situasi, guru dikatakan kunci dalam pendidikan. Namun, kalimat ini sebenarnya bukan kalimat lengkap. Kunci sering diartikan sebagai solusi segala masalah yang bisa ditinggal sendirian.

Guru di kelas harus berhadapan dengan anak yang tidak siap berkonsentrasi karena datang dengan kondisi kelaparan. Punya tingkat aktivitas terlalu tinggi karena terbiasa tinggal dalam kepadatan, atau tidak berisiko melakukan perundungan. Sebab, dibesarkan dengan ancaman dan hukuman berlebihan.  Kemiskinan, kegagalan keluarga, adalah masalah yang sangat besar dan membutuhkan pendidikan di segala bidang. Semuanya dibebankan ke guru di sekolah dengan harapan situasi kelak akan berubah.

Mengatakan guru adalah kunci, itu sama saja dengan mengalihkan tanggung jawab dan menjebak guru untuk gagal. Tentu guru berperan penting dalam pendidikan, namun tuntutan akan besarnya peran –atau secara spesifik tingginya kompetensi— tidak akan tercapai saat guru tidak memiliki hal yang asasi: yaitu kemerdekaan. Kemerdekaan guru dalam jangka panjang berperan sentral untuk menumbuhkan kemerdekaan belajar peserta didik dan nantinya cita-cita demokrasi negeri ini.

Yang terjadi dalam pengembangan guru saat ini, kemerdekaan seringkali dibungkam dengan tunjangan atau tekanan. Pendidikan menjadi proses yang penuh dengan kontrol, bukan dengan pemberdayaan.  Di banyak negara, memasuki profesi guru adalah proses yang sangat selektif untuk orang-orang pilihan. Namun menjalaninya didukung dengan banyak kemerdekaan dan kemudahan. Di negeri kita sebaliknya. Menjadi guru seringkali mudah, namun batasan dan tekanan di dalam profesinya sangat menantang.

Pada saat upacara bendera peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2019 di Jakarta, Menteri Pendidikan, menyampaikan pidato sedikit berbeda; singkat dan padat. Diakuinya, pidato tersebut apa adanya, disampaikan dari lubuk hati yang tulus. Satu kalimat singkat penulis kutip dari pidato tersebut, yakni “… Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia…”. Bapak menteri mengatakan prinsip birokrasi dan regulasi bidang pendidikan sering kali menghambat inovasi dan  kemerdekaan belajar. Beliau mengajak para  guru Indonesia untuk melakukan perubahan kecil, antara lain mengembangkan diskusi kelas dan siswa mengajar.  Mengingat pentingnya kemerdekaan belajar itu, maka sebelum menutup pidatonya, beliau kembali menegaskan “Merdeka Belajar dan Guru Penggerak”.

Merdeka belajar dan guru penggerak bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia pembelajaran. Penganut ideologi humanistik dalam pembelajaran telah mendikusikan secara mendalam dua tema tersebut lebih dari setengah abad yang lalu. Pada tahun 1969 Carl Rogers mempublikasikan sebuah buku berjudul “Freedom to Learn”. Pada pengantar buku tersebut, Lima puluh tahun lalu, ia mengatakan, “Sekolah kita umumnya sangat tradisional, konservatif, birokratis dan resisten terhadap perubahan. Satu cara yang harus dilakukan untuk menyelamatkan generasi muda ini adalah melalui kemerdekaan belajar”. Pada tahun 1962 Everett M. Rogers menulis buku berjudul “Diffusion of Innovation” dimana pada buku tersebut memuat satu bab tersendiri tentang pengerak atau agen perubahan.

Setiap anak yang dilahirkan pasti memiliki keistimewaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Disinilah kita sebagai pendidik harus mampu menjadi teman belajar yang menyenangkan agar proses belajar anak benar-benar atas kesadaraannya sendiri dan merdeka atas pilihannya. Diperlukan waktu yang cukup serta kesabaran dalam memfasilitasi, agar anak mampu untuk mengenali potensinya. Karena bakat anak bisa tumbuh ketika anak sudah memiliki minat dan mau berlatih untuk mengasah keterampilannya. Dalam mengawali proses belajar, pendidik juga perlu memiliki kemampuan mendengar yang baik. Tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan dan mendikte anak-anak atas kehendak pendidik.
Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai. Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa adalah subjek, bukan objek, Mereka harus mampu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar. Hal yang sangat penting bagi pembelajaran yang memerdekakan itu dimana kontrol belajar dipegang oleh diri siswa sendiri, bukan orang lain. Sebaliknya, praktek pembelajaran yang tidak memerdekakan selama ini tampak dimana si belajar dihadapkan dan ditetapkan pada aturan yang jelas dan ketat. Pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin, bahkan kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum sehingga ada kesan “Sekolah tempat menuntut ilmu lebih kejam ketimbang penjara”, demikian Bernard Shaw sebagaimana dikutip dari Naomi (1999) dalam buku “Menggugat Pendidikan”, maka tidak heran jika guru memberikan informasi bahwa akan ada kegiatan guru rapat atau besok kita libur, suara gemuruh menyambut kesenangan itu luar biasa, seolah-olah anak terbebas dari belenggu dan beban belajar, ini yang perlu kita renungkan…?

Strategi pembelajaran yang memerdekakan, menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna dan proses pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan siswa. Aktivitas belajar lebih menekankan pada ketrampilan berfikir kritis, analisis, membandingkan, generalisasi, memprediksi, dan menyusun hipotesis.  

Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran yang memerdekakan menekankan pada proses penyusunan makna secara aktif yang melibatkan ketrampilan terintegrasi dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata.  Evaluasi menggali munculnya berfikir divergen, pemecahan masalah secara ganda atau tidak menuntut satu jawaban benar karena pada kenyataannya tidak ada jawaban siswa yang salah, yang ada adalah pertanyaan pendidik yang salah.  Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata, artinya evaluasi lebih menekankan pada ketrampilan proses dalam kelompok.

Anomali Guru
Kemerdekaan adalah bagian penting dari pengembangan guru. Sama seperti burung yang tidak berani keluar dari kandang, kompetensi guru tidak akan bisa optimal berdampak tanpa kemerdekaan. Sebab, hanya guru yang merdeka yang bisa membebaskan anak, hanya guru yang antusias yang menularkan rasa ingin tahu pada anak dan hanya guru belajar yang pantas mengajar.

Dalam diskursus tentang kemerdekaan guru, kita perlu berhati-hati untuk tidak ikut membebankan kemerdekaan semata pada kapasitas individual. Dalam kenyataannya, begitu banyak faktor konteks yang akan menentukan apakah guru bisa merdeka. Kemerdekaan berkaitan dengan hubungan yang ada di sekeliling, berkaitan dengan situasi lingkungan. Kemerdekaan bukan dimiliki, tapi dicapai.

Apa yang dipercayai guru adalah bagian penting dari apakah dia mampu mencapai kemerdekaan. Pengalaman masa lalu, baik pengalaman personal saat menjadi peserta didik ataupun pengalaman profesional saat menjadi guru mempengaruhi apakah guru menganggap kemerdekaan bagian yang penting dari pekerjaannya.  

Salah satu yang paling sulit dari perubahan pendidikan adalah sebagian besar guru tidak mengalami kemerdekaan saat menjadi peserta didik. Sehingga juga tidak mengharapkan (dan memperjuangkan) kemerdekaan saat menjadi guru.  Kalaupun guru sepakat pada aspirasi kemerdekaan, implementasinya seringkali susah untuk optimal, bila kepercayaan terhadap anak belum berubah.

Sebetulnya paradigma tentang anak dan pendidikan seperti ini tidak mengherankan. Sebab, sebagian besar guru tumbuh dengan pengalaman pribadi seperti ini. Riset menunjukkan pengalaman pribadi jauh lebih berpengaruh terhadap pembentukan kepercayaan dibanding pengalaman profesional, di bidang apapun.  Karena itu, perubahan pendidikan selalu sulit dilakukan, apalagi saat sebagian besar orang yang memilih profesi ini bukan saja tidak mempunyai repertoire perilaku yang dibutuhkan. Namun juga tidak merasakan pentingnya melakukan perubahan dalam sistem yang mereka rasa tidak bermasalah. Sebagian besar guru ternyata orang-orang yang selama ini sukses dalam sistem konvensional dan cendrung konfirm pada apa yang dilaluinya.

Pengalaman ini tentu mempengaruhi kebiasaannya. Misalnya, kebiasaan untuk mengikuti pola yang sudah digariskan atasan, pembatasan pikiran bahwa yang boleh dilakukan hanya yang tertuang di peraturan. Guru cendrung cemas menghadapi kebijakan. Contoh disalahpahami menjadi standar, pilihan disalahartikan sebagai risiko. Itulah budaya yang sekarang menyelimuti ekosistem guru Indonesia. Bisa dibayangkan sulitnya memutus lingkaran ini dan mencapai kemerdekaan. Seringkali bahasa dalam tataran kebijakan memberikan pengaruh positif yang luar biasa, percakapan guru tentang perannya sebagai fasilitator pengetahuan misalnya, sekarang sudah banyak terdengar di mana-mana.
Dalam situasi seperti ini, guru yang memiliki kemerdekaan juga seringkali disalahartikan sebagai perlawanan terhadap aturan atau kebijakan. Ini pendefinisian yang kurang tepat, karena kemerdekaan sesungguhnya selalu berkait dengan inisiatif diri. Guru perlu merdeka untuk mencapai cita-cita, bukan sekadar ”merdeka” dari kungkungan kebijakan.
Dimensi Komitmen Guru 

Guru-guru merdeka ada yang muda dan tua, ada yang dari generasi berbeda. Walaupun proses mereka menuju kemerdekaan tidak sama.  Guru tua dari generasi sebelumnya karena sudah melewati berbagai reformasi kemudian memahami mana paradigma yang harus dipilih. Guru muda dari generasi baru, lebih mudah menyesuaikan diri dengan tren pendidikan terkini.

Salah satu faktor persamaan antar mereka adalah persepsi terhadap risiko dari kemerdekaan. Guru-guru yang didukung lingkungan, yakin mendapatkan rasa aman dari rekan kerja atau pimpinan, jauh lebih mudah mempraktikan kemerdekaan. Peran hubungan ini tidak mengherankan, karena salah satu paradigma yang paling diterima tentang guru adalah sosok yang perlu memiliki hubungan ”baik” dengan banyak pemangku kepentingan – peserta didik, orangtua, guru lain, kepala sekolah dan seterusnya.  Kemerdekaan sebagai salah satu kunci pengembangan guru, memiliki dimensi komitmen pada tujuan, mandiri dalam proses belajar dan reflektif selama pengembangan.

Pertama, guru yang merdeka memiliki komitmen pada tujuan belajar. Dia memahami mengapa perlu mengajarkan suatu materi atau keterampilan tertentu. Kita hanya bisa komitmen pada saat target ditetapkan oleh diri sendiri, bukan suatu tujuan yang ditetapkan pengawas dan pejabat pendidikan nan jauh di sana.  Semua dari kita yang setiap hari bergerak, setiap hari bergiat, memahami sulitnya konsisten terhadap tujuan. Salah satu tantangan kita ini adalah membedakan cara dengan tujuan. Kita terjebak pada tugas-tugas administratif, kita terjebak pada ketentuan-ketentuan birokrasi sehingga ujian, akreditasi, seleksi, nilai yang sebetulnya semua hanyalah cara lalu kemudian menjadi tujuan dan menjadi prioritas utama.

Kedua, guru yang merdeka adalah guru yang mandiri, memahami bahwa dia memerlukan strategi yang efektif buat dirinya agar bisa meningkatkan kompetensi, memperluas kolaborasi dan mengembangkan karir. Kemandirian jelas banyak tingkatannya. Sayangnya  masih banyak sekali upaya pengembangan guru yang penuh dengan manipulasi. Banyak  ketentuan, banyak jabatan, banyak uang yang kemudian membuat proses guru belajar dan semangat guru belajar itu menjadi sesuatu yang masih sulit buat sebagian dari kita. Sebagian dari kita berhenti mungkin di anak tangga ke tiga dari tahapan kemandirian guru, menjadi teman interaksi atau memberikan masukan tapi masih jauh perjalanannya untuk sampai berdaya dan memegang kendali atas proses belajar kita sendiri.

Ketiga, guru yang merdeka adalah guru yang reflektif. Memahami kekuatannya dan mengenali area yang perlu dikembangkan, serta terus menerus memantau proses belajarnya untuk memahami keterkaitan dan keberlanjutan antara setiap tahapan. Refleksi ini juga mudah dikatakan tapi sulit sekali dilakukan.

Kita semua sedang melawan miskonsepsi. Melawan miskonsepsi tentang proses guru belajar. Melawan miskonsepsi tentang kemerdekaan belajar.  Banyak yang bilang guru itu hanya mau belajar kalau ada insentif. Guru hanya mau belajar kalau mendapatkan serifikat atau uang. Yang kita buktikan adalah guru belajar karena kebutuhan alamiah. Inilah kemerdekaan belajar yang sesungguhnya, gabungan dari tanggungjawab, otonomi dan otoritas profesi mulia ini.  Guru itu tidak perlu menjadi figur yang serba ahli, selama dia merdeka yang mempraktikkan apa yang dia pelajari dan belajar dari banyak sekali kegagalan sebelum akhirnya berhasil.  Salah satu hal sederhana yang terbukti memberikan guru kesempatan mempraktikkan kemerdekaan adalah kesempatan melakukan penelitian keilmuan. Kesempatan menguji secara ilmiah yang akan meningkatkan pemahaman akan peran sekaligus diskursus paradigma tentang pendidikan.

4 Pokok Kebijakan Program Merdeka Belajar
Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim telah menetapkan 4 pokok kebijakan bidang pendidikan nasional melalui program " Merdeka Belajar". Hal ini disampaikan pada acara Rapat Koordinasi Bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jakarta pada 11 Desember 2019. Program "Merdeka Belajar" ini meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional ( UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.

 "Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan menjadi arah pembelajaran ke depan yang fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia," Program "Merdeka Belajar" dijabarkan dalam 4 kebijakan yang meliputi: 

Penilaian USBN komprehensif yaitu penyelenggaraan USBN (Ujian Sekolah Berbasis Nasional) tahun 2020 akan dilakukan dengan ujian yang diselenggarakan oleh sekolah. Ujian tersebut dilakukan untuk menilai kompetensi siswa dan dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian komprehensif seperti portofolio dan penugasan. Portofolio ini nantinya dapat dilakukan melalui tugas kelompok, karya tulis, maupun sebagainya. Anggaran USBN nantinya akan dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah guna meningkatkan kualitas pembelajaran. 
UN 2020 merupakan pelaksanaan UN terakhir. "Penyelenggaraan UN tahun 2021 akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter." Pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan siswa yang berada di tengah jenjang sekolah (misalnya kelas 4, 8, 11) sehingga dapat mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Kemudian, hasil ujian ini tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya. "Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik baik pada level internasional, seperti PISA dan TIMSS." 

Penyederhanaan Tekait penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kemendikbud akan menyederhanakannya dengan memangkas beberapa komponen. Dalam kebijakan baru tersebut, guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP. Tiga komponen inti RPP terdiri dari tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen. Penulisan RPP dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri. Satu halaman saja cukup. 

Zonasi lebih fleksibel dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi dengan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, dan jalur perpindahan maksimal 5 persen. Untuk jalur prestasi atau sisa 0-30 persen lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah. Daerah berwenang menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi. Dengan adanya empat arah kebijakan ini, kita berharap pemerintah daerah dan pusat dapat bergerak bersama dalam memeratakan akses dan kualitas pendidikan. Pemerataan akses dan kualitas pendidikan perlu diiringi dengan inisiatif lainnya oleh pemerintah daerah, seperti redistribusi guru ke sekolah yang kekurangan serta memberikan kemerdekaan kepada guru.
Hal tersebut juga akan memberi kesempatan guru untuk memahami tujuan pengembangan diri dan konteks implementasi pada semua peserta didik. Guru merdeka dalam perencanaan, pengajaran dan penilaian. Setiap peserta didik kita butuh hal yang berbeda dari kita. Dengan kata lain, setiap peserta didik butuh kemerdekaan guru untuk memilih dan beradaptasi, Setiap tahun ajaran setiap minggu bahkan setiap hari.

Kemerdekaan belajar perlu didefinisikan dengan tepat, agar kita tidak mudah terbuai oleh ucapan  guru adalah kunci untuk pendidikan. Saya butuh waktu cukup lama untuk sadar bahwa guru adalah kunci itu tidak cukup. Guru yang merdeka belajar adalah kunci. Pada saat orang bicara guru adalah kunci sebetulnya sering kali yang ada dibayangannya ini pabrik. Guru sekadar input. Sehingga dia menjadi kunci terhadap sebuah output yang dihasilkan peserta didik-peserta didik kita. Guru sekadar alat untuk menyukseskan agenda reformasi pemangku kepentingan lain (biasanya pembuat kebijakan). Sekali lagi, kemerdekaan itu adalah kapasitas individu yang didukung oleh ekosistem yang baik. Tidak ada guru yang bisa belajar sendirian, tidak ada guru yang bisa kompeten sendirian dan tidak ada guru yang bisa merdeka belajar sendirian.

Kemerdekaan guru, salah satu pemangku kepentingan terbesar di pendidikan bisa membalik piramida pendidikan di Indonesia. Kalau saja setiap guru dapat memberikan umpan balik berkelanjutan pada pemangku kepentingan lain, niscaya perubahan pendidikan akan lebih cepat tercapai. Jika dulu pertanyaannya adalah apa yang bisa dilakukan guru untuk mendukung kebijakan pemerintah maka mimpi kami adalah membalik piramida ini. Kita yang banyak ini, guru, menggerakan perubahan dengan kemerdekaan melakukan aksi nyata dan praktik baik, menjadikan pertanyaan antar pemangku kepentingan menjadi, ”Apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkatkan skala mengaplifikasikan praktik-praktik baik yang sudah dilakukan guru”.

Semoga upaya kemerdekaan guru mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan dengan beragam peran. Kemerdekaan menumbuhkan semangat membuat jaringan, jaring pengetahuan dan juga jaring emosional. Inilah sesungguhnya demokrasi dalam pendidikan. memerdekakan diri kita sendiri dimulai dari pembuktian bahwa kita dan apa yang kita lakukan adalah kita yang nanti-nantikan. Jadi, kita tidak perlu menunggu siapapun untuk merdeka belajar.(ril/SN)


Oleh : Bayumie Syukri, AP., SE., M. Si
(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan Kota Palembang)
Share:

DPRD Segera Panggil Diknas Pendidikan dan Kepala SMAN 4 Klarifikasi Video Bullying

PRABUMULIH, SININEWS.COM - Video siswa SMA Negeri 4 Prabumulih diduga menjadi korban bully teman sekolahnya yang sempat viral disosial media facebook beberapa waktu lalu sampai juga ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Prabumulih. 

Ketua DPRD Prabumulih, H Ahmad Palo saat dikonfirmasi diruang kerjanya mengaku sudah menyaksikan video tersebut. Namun dirinya belum bisa berkomentar banyak lantaran belum mendapat klarifikasi dari Dinas Pendidikan dan Kepala SMA Negeri 4 Prabumulih. 

"Kami sudah bahas di pimpinan bahwa pimpinan akan minta klarifikasi dari diknas Pendidikan," ujar Palo, Senin (26/8). 

Terlepas salah benarnya video tersebut, Palo meminta Kepala Sekolah agar menghimbau para siswa untuk tidak melakukan hal seperti itu. 

"Kedepan para kepala sekolah baik SD, SMP, SMA melalui Dinas Pendidikan, bahwa teknologi kalau salah penggunaan tentu akan merugikan ya harus menghimbau kepada siswa karena tidak baik bagi dunia pendidikan," ungkapnya. 

Dikatakan Palo, dalam waktu dekat pihaknya akan meminta klarifikasi dengan mengundang Dinas Pendidikan dan juga kepala sekolah, untuk mengetahui apakah itu prank ataukah benar terjadi bully.

"Satu dua hari ini akan kami undang. Apakah prank atau benar terjadi bully," terangnya. 

Disinggung mengenai adanya dugaan ancaman gang dilakukan pihak sekolah kepada orang tua siswa agar bungkam perihal kejadian itu, orang nomor satu di DPRD Prabumulih ini enggan berkomentar banyak sebelum ada klarifikasi. 

"Kalaulah memang dibutuhkan DPRD, orang tua siswa akan kami mengundang. Didunia pendidikan juga tidak baik ada ancam mengancam," tambahnya.
Share:

SMKN 2 Muara Enim Terima Bantuan Mesin Milling

MUARA ENIM, SININEWS.COM - SMK Negeri 2 Muara Enim terima bantuan satu unit mesin Milling dari CSR PT Bukit Asam. Serah terima bantuan berlangsung di sekolah setempat, Selasa (13/8).

Selain mesin milling, sekolah ini juga mendapat bantuan mesin CNC yang kini dalam masa inden. Rencananya September mendatang mesin CNC tiba di sekolah tersebut. Kedua mesin itu akan digunakan untuk praktek oleh siswa-siswi jurusan Teknik Pemesinan.

Menurut Hartoyo, Spesialis Pengembangan Komunitas CSR PTBA didampingi Ali Posan, Asmen Bina Wilayah CSR PTBA, dan Herman Jaya, Asmen Penerimaan Gudang Logistik PTBA, bantuan ini merupakan bagian dari CSR dan tindak lanjut atas Inpres RI No. 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing SDM.

Bantuan dari CSR tersebut, lanjutnya, ditujukan kepada lima SMK, salah satunya yakni SMK Negeri 2 Muara Enim. Sekolah ini mendapat bantuan karena sebelumnya telah melakukan MoU atau PKS (Perjanjian Kerjasama) dengan Kementerian Perindustrian.

“Tujuan dari bantuan ini adalah untuk membangun karakter siswa SMK. Kami berharap dengan adanya mesin tersebut akan menghasilkan tenaga kerja terampil dan profesional yang siap diserap oleh sektor industri,” kata Hartoyo.

Selanjutnya, siswa juga akan leluasa mengoperasikan mesin yang modern sehingga tidak canggung ketika terjun ke dunia industri. Misalnya mereka diterima masuk kerja di PTBA. 

“Selesai sekolah, jadi mereka akan benar-benar punya skill dan siap pakai di perusahaan-perusahaan,” harap Hartoyo.

Agar mesin milling ini dapat dioperasikan oleh siswa dengan baik, nantinya juga CSR PTBA bakal memberikan training pengoperasian kepada guru sekolah tersebut.

 Sementara itu, Kepala SMK Negeri 2 Muara Enim, Burhanudin SP Msi, berterima kasih kepada CSR PTBA telah mewujudkan komitmen Menteri Perindustrian dalam mendukung kementerian dalam peningkatan mutu SMK agar pendidikan SMK link and match dengan industri.

“Kami sangat senang atas bantuan ini, selanjutnya akan kita tindaklanjuti dengan training guru agar ahli mengoperasikan mesin tersebut,” ungkap Burhan.

Lebih lanjut, pihaknya turut akan mengarahkan pembelajaran berbasis produksi. Dengan begitu, ada produk yang dihasilkan sesuai kebutuhan industri. 

“Mesin ini kan bisa membuat berbagai produk, misalnya membuat roda pagar, bandul bearing atau produk yang lainnya. Kita ingin dari ini punya produk yang bisa dipasarkan. Di sisi lain, dengan terus mengasah kemampuan, lulusan kita juga menjadi berkompeten sesuai kebutuhan industri,” tukas Burhan.
Share:

116 Tim Pelajar Lomba Gerak Jalan

MUARA ENIM, SININEWS.COM -- Sebanyak 116 tim pelajar SD dan SMP sederajat mengikuti lomba gerak jalan indah yang dilaksanakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Muara Enim. Gerak jalan itu dilepas Wakil Bupati Muara Enim, H Juarsah SH, Senin (12/8) dari halaman kantor Pemkab Muara Enim.

           Lomba  yang dilaksanakan dalam rangka memeriahkan HUT RI ke 74. Acara itu dihadiri juga Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Muara Enim, Zainal,  Ketua MKKS Muara Enim, H Darmadi serta sejumlah pejabat lainnya.

             Wakil Bupati, H Juarsah SH, kepada para pelajar yang mengikuti lomba mengatakan, lomba gerak jalan yang dilakukan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kabupaten Muara Enim.

                 Terutama, lanjutnya yang terkait dengan pembentukan watak, mental dan kepribadian kaum muda Indonesia yang memiliki semangat bela negara, patriot pembangunan dan menjadi perekat bangsa.

                Wabup menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan  dengan harapan dapat menanamkan semangat  dan kecintaan kaum muda terhadap  rasa patriotism dan  nasionalisme dikalangan para siswa serta  dilingkungan  pendidikan. Karena kegiatan yang dilakukan bertujuan selain bermanfaat  bagi kesehatan juga untuk menenamkan  kreativitas  dan ketrampilan  dalam gerak jalan kepada para siswa guna menumbuhkembangkan  dan menanamkan disiplin kepada para siswa dan generasi muda.
Share:

39 Anggota Paskibraka PALI Masuki Tahap Karantina

PALI, SININEWS.COM -- Sebanyak 39 anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) resmi dikukuhkan, Selasa (30/7), di Gedung Pesos Komplek Pertamina Pendopo Kecamatan Talang Ubi. Pasca dikukuhkan, Paskibraka PALI langsung ikuti pendidikan dan pelatihan sampai tanggal 16 Agustus.

Ruswani, Asisten III mewakili Bupati PALI berpesan agar Paskibraka berlatih sungguh-sungguh. 

"Paskibraka merupakan putra putri terpilih, dan suksesnya pengibaran bendera pusaka ada dipundak Paskibraka, untuk itu berlatihlah sungguh-sungguh," pesan Ruswani. 

Sementara itu Darmawi, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga PALI mengemukakan bahwa Paskibraka sudah masuk tahap karantina. 

"Sejak dikukuhkan, Paskibraka masuk karantina yang kita siapkan penginapan agar dalam ikuti pemusatan pendidikan dan pelatihan bisa fokus," ungkap Darmawi. 

Ditanya adanya aturan anggota Paskibraka putri harus memakai celana, dikatakan Darmawi bahwa pihaknya sampai saat ini belum menerima edaran aturan itu. 

"Apabila sampai tanggal 16 Agustus belum juga kami terima edaran itu, maka kita tetap mengacu aturan lama. Dan saat ini juga, pihak ketiga sudah memproses pembuatan pakaian Paskibraka," tandasnya.
Share:

Layani KIA, Disdukcapil PALI Datangi Sekolah-sekolah

PALI,SININEWS.COM -  Genjot anak miliki identitas, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) sambangi sekolah-sekolah dalam wilayah Bumi Serepat Serasan untuk berikan pelayanan perekaman dan pencetakkan Kartu Identitas Anak (KIA).

Dikatakan Rismaliza, Kepala Disdukcapil PALI bahwa kegiatan jemput bola tersebut terus dilakukan agar seluruh anak dari usia 0 sampai dengan usia 17 tahun memiliki identitas. 

"KIA memiliki kegunaan yang sama dengan KTP. Sesuai Permendagri nomor 2 tahun 2016, penerbitan KIA dapat melindungi pemenuhan hak anak, menjamin akses sarana umum, hingga untuk mencegah terjadinya perdagangan anak. Kartu ini juga dapat menjadi bukti identifikasi diri ketika sewaktu-waktu mengalami hal yang tidak diinginkan," ungkap Rismaliza, Selasa (30/7).

Tak hanya itu dijelaskan Rismaliza bahwa KIA juga bermanfaat untuk memudahkan anak mendapatkan pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan, imigrasi, perbankan, dan transportasi.

"Untuk itulah kita giat lakukan jemput bola, seperti belum lama ini kita datangi SMP PGRI Tempirai. Perekaman serta pencetakan KIA langsung dilakukan di tempat," tukasnya. 

Selain lalukan jemput bola, Rismaliza juga menyebut bahwa pihaknya gencar lalukan sosialisasi dan mengajak masyarakat yang mempunyai anak namun belum miliki KIA untuk mengurusnya. 

"Kantor kita juga terbuka selama jam kerja setiap hari meski hari libur untuk lalukan pelayanan KIA. Pada jemput bola pelayanan KIA, kita juga lakukan pendataan akte kelahiran bagi pelajar," pungkasnya. (sn)
Share:

Ada Permainan Penerimaan siswa Baru, Kusron : Sekolah Harus Pertanggungjawabkannya

PRABUMULIH, SININEWS.COM -- Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kusron menegaskan proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMP di Kota Prabumulih tidak ada permainan. Hal ini diungkap menindaklanjuti adanya keluhan Wali Murid yang kesulitan melakukan pendaftaran. 

"Tidak ada permainan. Kalau ada permainan sekolah harus mempertanggungjawabkan," tegas Kusron, Senin (17/6). 

Menurut Kusron, dengan pendaftaran menggunakan sistem online diyakini dapat meminimalisir kecurangan dalam proses penerimaan siswa baru. 

"Kendala terjadi karena sistem. Ada miskomunikasi. Namanya sistem kan dibuat, kami adukan dengan pembuat sistem itu," ujarnya.

Lebih jauh Kusron menuturkan, apabila terdapat keluhan terhadap proses penerimaan siswa baru, Dinas Pendidikan telah membuka posko pengaduan. 

"Silahkan datang ke kantor, atau melalui email kita ada, nomor WA juga kita ada," tuturnya sembari menambahkan jika proses penerimaan siswa baru dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 17 sampai 19 Juni. 

Dalam penerimaan siswa baru, kata Kusron, sekolah menentukan berdasarkan 3 hal, yakni Zonasi, Jalur Mutasi dan Prestasi. 

"Kalau dengan sistem zonasi dengan harapan, siswa dekat dengan rumah mengurangi kendala keberatan orang tua yang harus antar jemput," ungkapnya.
Share:

Pendaftaran Online Siswa Baru di Keluhkan, Wako : Silahkan Daftar Sebanyak-Banyaknya

PRABUMULIH, SININEWS.COM -- Sejumlah wali murid di Kota Prabumulih keluhkan Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMP. Ini terjadi lantaran para wali murid tidak bisa mengakses pendaftaran PPDB secara online disejumlah sekolah.

Padahal, proses penerimaan siswa baru perdana dibuka hari ini serentak disetiap sekolah selama tiga hari. "Ini kan baru dibuka hari ini, kok sudah ditutup dak biso dibuka," cetus salah satu wali murid. 

Hal ini membuat kekhawatiran wali murid mengingat proses pendaftaran siswa baru disekolah negeri hanya dibuka selama 3 hari. 

Tak hanya itu, wali murid juga menduga adanya permainan yang dilakukan oleh oknum sekolah dalam proses penerimaan siswa baru tersebut. 

"Sekolah seharusnya terbuka, terima pendaftaran siswa sebanyak-banyaknya," keluh walimurid. 

Adanya keluhan para wali murid tersebut, Walikota Prabumulih H Ridho Yahya mengatakan pihaknya akan mempertanyakan kepada pihak sekolah terkait hal itu. "Nanti kita tanyakan," Ujarnya, Senin (17/6). 

Ridho Yahya mengajak masyarakat untuk sama-sama mengawasi jalannya penerimaan siswa baru agar berjalan dengan bersih dan transparan. Sehingga siswa yang berhasil masuk disekolah negeri memang benar-benar siswa yang pintar dan berprestasi. 

"Kalau nanti ada pungutan, laporkan ke kami," ungkapnya. 

Lebih lanjut Ridho mengatakan pendaftaran siswa baru seharusnya tidak dibatasi dan sekolah harus menerima seluruh siswa yang mendaftar kesekolah tersebut. 

"Silahkan ikut res sebanyak-banyaknya," terangnya. 

Namun demikian, kata Ridho, selain rangking dan tes dalam penerimaan siswa baru tetap harus berdasarkan aturan yang berlaku yakni penggunaan sistem zonasi. 

"Tapikan itu zonasi penilaian tempat tinggal, juga ada. Jadi bagi yang tinggal dekat sekolah prioritas," tambahnya.
Share:

Ciptakan SDM Berdaya Saing Tinggi, Bupati PALI Beri Beasiswa Bagi Mahasiswa

Ilustrasi
PALI, SININEWS.COM - Warga Bumi Serepat Serasan perlu berbangga hati mempunyai pimpinan yang peduli terhadap dunia pendidikan demi melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) berdaya saing tinggi serta mampu mewujudkan visi pembangunan.

Pasalnya, Bupati PALI Heri Amalindo keluarkan Peraturan Bupati (Perbup) nomor 40 tahun 2019 tentang pedoman pemberian beasiswa mahasiswa yang tidak mampu dan beasiswa program kerja sama Kabupaten PALI. 

Tujuan diterbitkannya Perbup tersebut juga untuk menghidupkan harapan bagi masyarakat tidak mampu untuk terus menempuh pendidikan sampai ke jenjang tinggi dan menghasilkan sumber daya insani yang mandiri dan mampu berperan dalam memutus rantai kemiskinan.

Dijelaskan Kamriadi, Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten PALI, bahwa dengan adanya Perbup itu diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar untuk berprestasi terhadap mahasiswa asal PALI khususnya yang menghadapi kendala ekonomi. 

"Juga akan mampu meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi masyarakat Kabupaten PALI yang berpotensi akademik tinggi dan tidak mampu," jelas Kamriadi, belum lama ini. 

Perbup ini juga ditambahkan Kamriadi akan menjamin keberlangsungan studi mahasiswa sampai selesai sehingga akan mampu meningkatkan prestasi mahasiswa baik bidang akademik/kurikuler maupun ekstrakurikuler serta menimbulkan dampak pengiring bagi mahasiswa yang lain untuk selalu meningkatkan prestasi. 

"Menghasilkan lulusan yang mandiri, produktif dan memiliki kepedulian sosial, sehingga mampu berperan dalam upaya pengentasan kemiskinan," imbuhnya. 

Untuk sasaran penerima beasiswa, ditegaskan Kamriadi sudah jelas tertuang pada Perbub bahwa harus berasal dari PALI dan mahasiswa atau mahasiswi berprestasi dari keluarga tidak mampu. 

Kriteria permohonan beasiswa tidak mampu dijabarkan Kamriadi sebagaimana tertuang pada Perbup nomor 40 tahun 2019 Bab III pasal (5) sebagai berikut. 

"Mahasiswa yang sedang menempuh jenjang pendidikan, selama menjadi mahasiswa memiliki prestasi akademik dan atau non akademik yang dibuktikan dari data otentik dan rekomendasi oleh perguruan tinggi dengan melampirkan bukti fisik.  Tidak pernah melanggar tata tertib perguruan tinggi dibuktikan dengan surat keterangan kelakuan baik dari pejabat perguruan tinggi yang berwenang (Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Direktur, Wakil Direktur)," bebernya. (sn)
Share:

Kebangkitan Generasi Muda Sebagai Penentu Masa Depan Bangsa

SINI--Hari ini tanggal 20 Mei, seratus sebelas tahun yang lalu digalang kekuatan besar oleh para pemuda di wilayah nusantara untuk menyatukan tekad bangkit dari keadaan sebagai negeri terjajah. Kemudian setiap tanggal 20 Mei dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, setiap tahunnya adalah hari dimana pada waktu itu  masyarakat Indonesia bangkit dengan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran yang tinggi untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa itu, masyarakat Indonesia menginginkan adanya perubahan dalam tatanan kenegaraan dan kehidupan karena terjadinya penindasan dan penjajahan terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokrasi, ada semacam pergeseran nilai-nilai luhur perjuangan para pendahulu.  Pergeseran nilai-nilai tersebut saat ini sangat terasa dengan adanya beberapa peristiwa yang begitu menyakitkan seperti terorisme, hujat menghujat, menghina dan lain-lain apalagi di tahun politik seperti saat ini. Di mana etika moral budaya kita sedikit demi sedikit mengalami degradasi. Hal ini disebabkan oleh perilaku beberapa anak bangsa yang tidak memaknai betapa pentingnya Kebangkitan Nasional ini yang kita rayakan setiap tanggal 20 Mei ini. Yaitu, untuk membangkitkan kembali rasa nasionalisme bangsa ini yang selama ini sudah sangat memprihatinkan. Kita bisa lihat beberapa tokoh yang melakukan provokasi-provokasi dengan membuat statemen yang mengarah kepada perpecahan di antara kita. 
Hari Kebangkitan Nasional ini yang seharusnya dimaknai sebagai hari bangkitnya rasa nasionalisme anak bangsa, generasi muda, generasi pembelajar, dan generasi perubahan ini. Sehingga tugas berat dari seluruh komponen bangsa ini dan tokoh-tokoh nasional kita sudah harus membangkitkan kembali makna dari Kebangkitan Nasional ini, jika tidak ingin bangsa ini mengalami kemunduran di segala hal.
Momentum Hari Kebangkitan Nasional inilah adalah momen yang sangat tepat untuk merekatkan kembali perbedaan-perbedaan pandangan yang semakin tajam.  Saling menghujat, saling menghina, saling memojokan sudah sepatutnya dihentikan. Karena pada dasarnya hari Kebangkitan Nasional yang digagas oleh pendiri-pendiri negara ini bertujuan untuk membangkitkan rasa nasionalisme bangsa ini, untuk menjadi bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Sehingga Hari Kebangkitan Nasional ini tidak hanya menjadi sebuah jargon saja, tapi lebih dapat dimaknai sebagai hari bersejarah bagi bangsa ini yang mempunyai nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme.

Generasi Muda Penentu Masa Depan Bangsa
Generasi Muda Indonesia adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa yang diharapkan mampu menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang unggul, seperti pada kutipan kalimat Bung Karno "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia."
Nasib bangsa ini kedepannya ada di tangan mereka. Apakah bangsa ini akan semakin maju atau malah sebaliknya, semua itu ditentukan oleh para pemuda generasi bangsa. Untuk itu moral generasi muda harus dibentuk sedini mungkin untuk menciptakan karakter yang sesuai dengan pancasila.

Proyeksi Indonesia yang akan mencapai era keemasan kependudukan dalam 20 tahun mendatang perlu disikapi dengan baik. Jumlah usia produktif yang lebih tinggi dibanding usia nonproduktif (Bonus Demografi), diharapkan mampu mengungkit mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, era keemasan yang beririsan dengan generasi muda harus dihadapkan pada tantangan perkembangan teknologi digital. Digitalisasi di berbagai bidang ini membuka dua sisi bersamaan, yaitu peluang dan ancaman.

“Teknologi digital akan menjadi ancaman jika hanya pasif menjadi pengguna dan pasar.  Namun akan menjadi berkah jika kita mampu menaklukkannya menjadi pemain yang menentukan lanskap ekonomi berbasis digital dunia,” 

Untuk itu, segenap elemen untuk bersama menjauhkan dunia digital dari anasir pemecah belah dan berbagai konten negatif. Ini dilakukan agar generasi muda bangsa dapat bebas berekspresi, berkreasi, dan mendapat manfaat dari teknologi digital. “Dalam konteks menghadapi digitalisasi ini, kita semua harus dalam irama yang serempak dalam memecahkan masalah dan menghadapi para pencari masalah,” 

Kepeloporan pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara harus dipertahankan sebagai generasi penerus yang memiliki jiwa pejuang, perintis dan kepekaan terhadap sosial, politik dan lingkungan. Hal ini dibarengi pula oleh sikap mandiri, disiplin, dan memiliki sifat yang bertanggungjawab, inovatif, ulet, tangguh, jujur, berani dan rela berkorban dengan dilandasi oleh semangat cinta tanah air. Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu ditandai dengan lahirnya generasi baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru yang mengukir sejarah baru itu adalah dari kalangan kaum muda. Perputaran sejarah juga telah membuktikan bahwa setiap generasi itu ada umurnya. 

Indonesia membutuhkan pemimpin dari kaum muda yang mampu merepresentasikan wajah baru kepemimpinan bangsa. Ini bukan tanpa alasan, karena kaum muda dapat dipastikan hanya memiliki masa depan dan nyaris tidak memiliki masa lalu. Dan ini sesuai dengan kebutuhan Indonesia kini dan ke depannya yang perlu mulai belajar melihat ke depan. Banyaknya pemimpin daerah (gubernur, Bupati dan walikota), anggota legislatif, jajaran eksekutif dan sektor-sektor lain yang berasal dari generasi muda adalah salah satu jawaban bahwa generasi muda adalah para pejuang perubahan yang tidak tersandera perjalan kelam masa lalu, yang punya visi dan misi untuk perubahan kemajuan yang lebih baik dan sebagai penentu masa depan bangsa.   

Dalam proses pembangunan bangsa, generasi muda merupakan kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan sebagai perwujudan dari fungsi, peran, karakteristik, dan kedudukannya yang strategis dalam pembangunan nasional.  Untuk itu, tanggung jawab dan peran strategis generasi muda dalam segala dimensi pembangunanperlu ditingkatkan dalam kerangka hukum nasional sesuai dengan nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Kebangsaan, Demokratis, Keadilan, Partisipatif, Kebersamaan, Kesetaraan dan Kemandirian.
Masa depan Bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi muda Bangsa ini. Kaum Muda Indonesia adalah masa depan Bangsa ini. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya merupakan faktor-faktor penting yang sangat diandalkan oleh Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan juga mempertahankan kedaulatan Bangsa. Dalam upaya mewujudkan cita-cita dan mempertahankan kedaultan bangsa ini tentu akan menghadapi banyak permasalahan, hambatan, rintangan dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus dihadapi itu beraneka ragam. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu, masalah yang timbul sekarang maupun masalah yang timbul di masa depan negara kita.

Dengan masalah-masalah yang sudah ada maupun yang akan datang, penting bagi rakyat Indonesia, terutama kaum pemuda dan mahasiswa untuk membiasakan diri dalam meningkatkan dan memperbaiki produktifitas kita sebagai Bangsa Indonesia. Generasi muda adalah generasi harapan bangsa. Pernyataan ini akan sangat membanggakan bagi masyarakat Indonesia apabila dapat menjadi kenyataan. Sejatinya Perubahan tidak bisa kita tunggu tetapi harus kita kejar, dan sudah selayaknya setiap perjuangan membutuhkan kerja keras, dan di butuhkan kapabilitas, dan jangan pernah merasa paling hebat, kita harus tunjukan dahulu prestasi kita baik dari segi intelektual, dan kematangan emosi. Lupakanlah sejenak tentang ke glamoran modernisasi, globalisasi dan sebagainya.  Lupakan pertikaian antar sesama dengan tujuan yang tidak jelas. Asahlah kemampuan emosional, seperti kemampuan membawa diri, kemampuan bergaul dengan sesama, kemampuan membaca akar permasalahan, kemampuan untuk menelorkan gagasan atas sebuah permasalahan, Agar kita tidak menjadi budak dari budaya modernisasi yang di prakarsai oleh budaya barat.


OLEH: BAYUMIE SYUKRI, AP., SE., M. Si
(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan, Tinggal di Palembang)
Share:

Mau Sekolah Di SMA 1 Ujan Mas, Calon Siswa Dites Baca Al Quran

Muara Enim - Calon siswa yang akan masuk ke SMA Negeri 1 Ujan Mas tahun akademik 2019/2020, akan menjalani tes membaca Al Quran. Meski tidak menjadi penentu diterima atau tidaknya calon siswa itu, namun tes baca Al Quran dilakukan sebagai bentuk sekolah mendukung terwujudnya visi Muara Enim untuk Rakyat yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, Sehat, dan Sejahtera.

“Selain wajib mengikuti tes tertulis dan serangkaian tes lainnya. Calon siswa yang akan masuk ke sekolah ini juga akan diuji secara langsung membaca Al Quran oleh guru agama pada saat pendaftaran. Ini merupakan bentuk kita mendukung terwujudnya visi Muara Enim terutama Agamis,” jelas Kepala SMA Negeri 1 Ujan Mas, Penderizal Spd MM, Jumat (17/5).

Apalagi, sambung Penderizal, setiap pagi sekitar 10 menit sebelum proses belajar mengajar dimulai. Sekolah mengadakan tadarus Al Quran. Dengan proses tes baca Al Quran itu, akan diketahui siapa saja yang belum bisa membaca Al Quran. Dengan begitu, sekolah akan lebih mudah mengetahui anak didik yang tidak bisa baca Al Quran. Kemudian, mereka bisa lebih intensif mendapat pendidikan baca Al Quran dari guru agama.

“Karena kita ingin memberantas buta baca Al Quran. Selain itu, tes ini juga sesuai dengan visi misi sekolah, yakni mempunyai budi pekerti yang luhur,” bebernya.

Di sisi lain, dijelaskannya pula, bahwa SMA Negeri 1 Ujan Mas pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019/2020 bakal menampung siswa sebanyak 252 orang, sesuai dengan jumlah siswa kelas XII yang lulus. “Kita siapkan tujuh kelas untuk siswa baru ini,” tuturnya.

Sesuai dengan zonasi, SMA Negeri 1 Ujan Mas bakal menampung siswa yang bertempat tinggal di sekitar sekolah atau lulusan dari enam SMP, seperti SMP Negeri 1 Ujan Mas, SMP Negeri 5 Gunung Megang, SMP Negeri 1 Benakat, SMP Abdi Persada, SMP Pandetenasia Cifu, dan SMP YPDP Lubuk Bata.

 “Sesuai dengan Juknis Dinas Pendidikan Provinsi, pendaftaran mulai dibuka pada 14-19 Mei 2019,” ulasnya. 

Setelah itu, pada 25 Mei dilakukan tes tertulis. Sedangkan pengumuman hasil seleksi dilaksanakan tanggal 28 Mei. “Bagi siswa yang lulus wajib daftar ulang pada tanggal 29 sampai 31 Mei 2019,” tukasnya.
Share:

Youtube SiniNews

Facebook SINI News

Followers

Subscribers


Postingan Populer

Blog Archive

Comments

Berita Utama

sitemap

Recent Posts