SININEWS.COM - Corona Virus Deases (covid) 19 menjadi malapetaka bagi sebagian profesi, semakin hari semakin eksis dan belum menunjukan tanda-tanda untuk berakhir. Seperti dokter dan para medis menjadi hari-hari yang melelahkan bahkan menakutkan. Karena virus ini sangat mematikan, ratusan ribu orang di berbagai belahan dunia tewas karena virus ini.
Diantara mereka tidak sedikit yang berprofesi dokter dan tenaga medis. Virus ini mudah menyebar dari satu orang ke orang lain. Efeknya pemerintah melarang berkumpul dalam jumlah yang banyak, tidak boleh dekat-dekat termasuk dengan siswa disekolah. Walhasil, banyak kantor dan aktivitas lain diliburkan sampai waktu yang belum ditentukan. Walaupun demikian kita harus yakin bahwa dibalik semua bencana dan tragedi ada hikmah dibalik itu.
Dampak mewabahnya virus corona (Covid-19) kini juga telah dirasakan oleh dunia pendidikan. Hal ini telah diakui oleh organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), bahwa wabah virus corona telah berdampak terhadap sektor pendidikan. Hampir 300 juta siswa terganggu kegiatan sekolahnya di seluruh dunia dan terancam hak-hak pendidikan mereka di masa depan.
Jika kondisi ini terus meningkat, maka sudah bisa dipastikan dampaknya terhadap sektor pendidikan juga akan semakin meningkat. Dampak yang paling dikhawatirkan adalah efek jangka panjang. Sebab para siswa dan mahasiswa secara otomatis akan merasakan keterlambatan dalam proses pendidikan yang dijalaninya.
Hal ini bisa mengakibatkan pada terhambatnya perkembangan kematangan mereka di masa yang akan datang.
Apalagi jika Covid-19 ini tidak segera berakhir. Dengan kebijakan penundaan sekolah-sekolah di negara-negara yang terdampak virus tersebut secara otomatis dapat mengganggu hak setiap warganya untuk mendapatkan layanan pendidikan yang layak.
Penutupan sekolah-sekolah dan kampus tersebut tentu dapat menghambat dan memperlambat capaian target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan atau sekolah masing-masing. kondisi demikian akan mengganggu pencapaian kematangan siswa dalam meraih tujuan belajarnya, baik secara akademis maupun psikologis. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah dampak psikologisnya. Siswa yang harus tertunda proses pembelajarannya akibat penutupan sekolah dan sangat memungkinkan akan mengalami trauma psikologis yang membuat mereka demotivasi dalam belajar.
Adapun untuk terhambatnya proses pendidikan karena penutupan dan penundaan waktu belajar, maka perlu disiapkan solusi kongkret pula. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan sistem pembalajaran jarak jauh dengan memanfaat teknologi yang ada. Sebab jika tidak, maka ini akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kematangan hasil dan pencapaian dari proses pendidikan.
Dunia Pendidikan Bermetamorfosis
Pandemik Covid-19 telah memaksa jutaan peserta didik harus belajar di rumah dan sementara itu banyak pendidiknya tiba-tiba jadi “gagap mengajar” karena harus mengubah cara mengajar secara drastis dari tatap muka menjadi cara daring secara tiba- tiba.
Tidak ada kejelasan tentang kapan persoalan pendemik Covid-19 dapat berakhir oleh karena itu sangatlah penting untuk membekali para pendidik dengan pedagogik yang terkait erat dengan pemanfaatan teknologi.
Tahun 2020 akan menjadi tahun yang tak terlupakan bagi dunia pendidikan nasional. Semua agenda nasional pendidikan dibatalkan. Di tahun ini, tercatat tahun yang memiliki jadwal libur sekolah yang paling panjang. Guru-guru dipaksa untuk berfikir keras menyiapkan modul dan model pembelajaran jarak jauh. Mendekatkan mereka memanfaatkan teknologi internet untuk pembelajaran.
Sesungguhnya pembelajaran cara daring bukanlah hal yang sangat baru, sudah terdapat teori-teori pendidikan dan penelitian yang berkaitan dengan belajar jarak jauh sehingga seharusnya belajar cara daring bukan sekedar sebuah proses “digitalisasi” bahan ajar, yaitu mengubah bahan ajar hanya jadi bahan bacaan atau tontonan secara digital. Prof George Siemens, seorang guru besar dari Athabasca University di Kanada merupakan salah seorang pelopor pengembangan pedagogik untuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi.
Ia mengusulkan sebuah teori alternatif untuk pendidikan yaitu Connectivism. Ini adalah sebuah teori pendidikan yang memasukkan teknologi dan konektivitas sebagai bagian dari kegiatan belajar yang penting.
Siemens (2005) menyatakan bahwa Connectivism dikembangkan sebagai respons terhadap tren dan kebutuhan abad ke-21, ini terkait dengan kemajuan teknologi dan makin pentingnya peran jaringan (network) yang terjadi akibat perkembangan teknologi.
Siemens (2005) menyimpulkan bahwa teori behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme, yang paling sering digunakan tidak dapat mengakomodasi semua dampak kemajuan teknologi karena teori-teori tersebut dikembangkan pada saat teknologi belum memiliki pengaruh terhadap pengalaman belajar peserta didik sebanyak hari ini.
Dunia pendidikan yang dikomandoi oleh tenaga pendidik (guru) harus siap menghadapi perubahan yang sangat drastis. Konsep pendidikan yang sekarang ini dilakukan jauh melampaui ekspektasi atau perkiraan kita semua.
Konsep pembelajaran daring ini sejatinya akan diterapkan 5 tahun yang akan datang, tetapi waktu, situasi dan kondisi serta keadaan memaksakan guru harus siap dengan model pembelajaran daring. Siap dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang baik secara fisik maupun psikhis untuk melakukan /mengikuti suatu rangkaian tindakan atau perbuatan atau perlakuan dengan sadar.
Sikap siap yang ditunjukkan seseorang kadarnya akan berbeda beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya. Secara garis besar faktor tersebut ada yang bersifat instrinstik dan ada pula yang ekstrinstik. Faktor instrinstik bisa juga disebut faktor yang berasal dari dalam diri individual yang muncul karena adanya kesadaran diri bukan karena hal lain.
Faktor ekstrinstik ini lebih mengarahkan pada bentuk kesadaran diri, karena passion, atau karena memiliki pandangan untuk melakukan hal itu atas kewajiban sebagai hamba tuhan.
Guru juga harus kreatif dalam menyikapi situasi pandemi Covid-19 ini dalam proses pembelajaran, karena kreativitas adalah simbol kualitas seseorang.
Semakin banyak kreativitas yang dihasilkan, maka semakin tinggi dan baik kualitas seseorang. Hal ini mencerminkan bahwa pola pemikirannya sangat dinamis dan berkembang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Kegiatan pembelajaran adalah merupakan implementasi kehidupan masyarakat di dalam sebuah lingkungan sempit dengan seorang pengelola yang berstatus sebagai guru atau fasilitator.
Dengan adanya pembimbing atau fasilitator inilah, maka proses dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan secara berurutan dan sistematis. Semakin piawai seorang guru, maka semakin besar keberhasilan proses pembelajaran.
Dan, kepiawaian seorang guru dapat ditunjukkan dalam bentuk keterampilan guru dalam membimbing dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Kita perlu menyadari bahwa guru kita masih banyak yang belum mengembangkan kreativitas dirinya secara maksimal, masih banyak kemampuan diri yang tersimpan rapi di dalam laci-laci hati mereka. Bahkan tidak sedikit yang sudah membeku sehingga yang diberikan kepada anak didik hanyalah tetes-tetesan dari kreativitas yang sudah mengkristal atau membeku.
Penulis menggunakan istilah metamorfosis dalam tulisan ini, semata mata untuk menjelaskan istilah adanya perubahan mendasar dalam tatanan, susunan dan struktur pendidikan dan pembelajaran di Indonesia, akibat dampak dari Covid-19. Di balik mewabahnya virus, pendidikan kita saat ini telah membuktikan bahwa teori disrupsi, salah satunya yaitu digitalisasi pendidikan dengan mengalihkan sementara proses pembelajaran melalui via daring.
Secara singkatnya disrupsi adalah perubahan cara atau pola kehidupan manusia dalam menyelesaikan masalah serta menggantikan sistem yang lama dengan sistem yang belum ada presedennya. Berbicara era disrupsi tidak akan lepas dari kata revolusi industry 4.0, revolusi ke empat ini adalah perubahan dibidang industri akibat pesatnya perkembangan teknologi seperti Artifisial intelegence, Robotik, Virtual Reality, Internet Of Things, dan lain-lain.
Lompatan yang nyata dalam dunia pendidikan yang bermetamorfosis adalah adaya pembejalaran daring (online), yang selama ini barangkali sangat sedikit dimanfaatkan oleh tenaga pendidikan dalam memberikan dan menyampaikan pembelajaran, hal ini tentu memberikan manfaat dan nilai tambah dalam dunia pendidikan, yang seharusnya model ini akan diterapkan 5 tahun kedepan.
Ujian Nasional (UN) yang sejatinya akan diganti dengan Assemesment Kompetensi Minimum dan survey karakter pada tahun 2021, memaksa pemerintah untuk meniadakan UN pada tahun pelajaran 2019/2020 ini karena pertimbangan keamanan dan kesehatan siswa dan keluarga siswa yang merupakan hal terpenting. Selain itu, pertimbangan bahwa UN yang tidak menjadi syarat kelulusan ataupun seleksi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi membuat jajaran pemerintah sepakat untuk meniadakan UN.
Model pemberian penilaian yang selama ini hanya berpedoman pada penilaian kognitif saja, maka dengan Covid-19 ini, penilaian bisa dilakukan dengan cara portofilio, yaitu pengumpulan data berdasarkan prestasi yang telah dimiliki oleh siswa, baik secara akademik, maupun secara non akademik.
Mengerakan mahasiswa tingkat akhir fakultas kedokteran untuk menjadi bagian dari relawan penggerak dalam membantu pemerintah mengatasi visus corona ini, melalui program-program komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat, melayani "call center", dan menyiapkan diri sebagai tenaga bantuan dalam kondisi darurat sesuai kompetensi dan kewenangannya, hal ini menunjukan bahwa adanya metamorfosis dalam tatanan dunia pendidikan kita dewasa ini.
Disamping itu juga penggunaaan anggaran sekolah melalui distribusi dana BOS, juga bisa digunakan dan dimanfaatkan dalam penyediaan dan pengadaan alat-alat yang berhubungan dengan pemberantasan penyebaran virus corona.
Dalam musibah sesungguhnya ada keluangan berpikir yang menghasilkan hikmah bagi orang yang berpikir, menggunakan pengetahuan dan berbagi wawasan dengan yang lain. Pantanglah menggerutu meski tetap waspada, ancaman apapun pasti datang, entah itu menguatkan kita atau justru membuat kita semakin terjerembab. Kualitas kita terlihat dari cara kita menghadapi masalah, kuat atau pasrah.(ril)
Oleh : Bayumie Syukri, AP., SE., M.Si.*
(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)
No comments:
Post a Comment