PALI-- Duka mendalam dirasakan anak didik, rekan dan orang dekat sang legenda sepakbola Indonesia, yakni Zulkarnain Lubis, yang tutup usia di Rumah Sakit (RS) Pertamina Pendopo Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) pada Jumat pagi (11/5) sekitar pukul 07:30 WIB karena diduga akibat serangan jantung.
Sebab, sebelumnya Zulkarnain Lubis yang dahulu dijuluki Maradonanya Indonesia itu tidak pernah mengeluh sakit maupun terlihat lelah. Bahkan Kamis sore kemarin (10/5) masih sempat melatih pemain sepakbola Kabupaten PALI di lapangan Gelora komplek Pertamina Pendopo.
"Kami tidak menyangka Bang Zul (Zulkarnain Lubis) harus meninggalkan kami selamanya, padahal kemarin kami masih latihan bersama. Bahkan tadi malam pun kami masih ngobrol-ngobrol," ungkap Darmawi, kepala Dinas Pemuda Olahraga Kabupaten PALI, Jumat (11/5).
Diakui Darmawi bahwa Zulkarnain Lubis telah dikontrak PSSI Kabupaten PALI sejak 2015 lalu.
"Hanya 2016 Bang Zul tidak diperpanjang kontrak, tetapi pada 2017 dan tahun 2018 ini, kontrak beliau disambung kembali in mempersiapkan Porprov Sumsel selanjutnya," tukasnya.
Sementara itu, Budi, salahsatu rekan sang legenda sepakbola Indonesia menyebutkan bahwa Zulkarnain Lubis sebelum meninggal berencana pergi ke Palembang. Tetapi membatalkannya karena mengeluh sakit dada.
Kemudian, Almarhum Zulkarnain Lubis memanggil Budi, yang juga satu mes dengan Almarhum.
"Beliau (Zulkarnain Lubis) sempat naik travel untuk berangkat ke Palembang, namun turun kembali dan menguntungkan niatnya. Setelah itu, Beliau memanggil saya dan meminta tolong untuk dibawa ke Rumah sakit," terang Budi.
Dijelaskan Budi, saat diperjalanan ke Rumah Sakit, Almarhum mengalami kejang-kejang. Dan sesampainya ke ruang UGD, sang legenda sepakbola sudah meninggal.
"Kemungkinan Beliau meninggal ditengah perjalanan. Dan dari keterangan dokter, bahwa dugaan meninggalnya almarhum karena serangan jantung," jelas Budi.
Kemudian, jenazah Zulkarnain Lubis disemayamkan di mes KONI, di Talang Tumbur, Kelurahan Talang Ubi Barat.
"Setelah dihubungi pihak keluarganya, jenasah Bang Zul dibawa ke tanah kelahirannya di Binjai Sumut," ujarnya.
Zulkarnain adalah salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Indonesia di era 1980-an. Berjuluk Maradona Indonesia, Zulkarnaen mampu mencatatkan berbagai prestasi bersama klub maupun Timnas Indonesia.
Kramayudha Tiga Berlian pernah merasakan magis Zulkarnaen. Kehadirannya di Kramayudha pada era 1985 hingga 1989, menghadirkan dua gelar juara di pentas Galatama.
Dua gelar tersebut diraih Zulkarnaen bersama Kramayudha secara back to back pada 1987 dan 1988.
Lalu, bersama Timnas, Zulkarnaen menembus semifinal di Asian Games 1986. Prestasi yang hingga kini belum bisa disamai oleh generasi mana pun. (red)
No comments:
Post a Comment