Padahal, pilihan itu ibarat makan buah simalakama, karena kalau keadaan seperti itu terus berlangsung, akan menyulitkan ekonomi keluarga bagi si sopir bersangkutan, terlebih tidak berapa lama lagi, lebaran segera tiba, yang tentunya membutuhkan pengeluaran tidak sedikit.
Hambatan yang dialami angkutan batubara, diakui beberapa supir diakibatkan miskomunikasi antara PT Bukit Siguntang Lestari (BSL) dan pengusaha transportir, imbasnya para sopir jadi korbannya.
"Kalau tidak ada surat jalan dari PT BSL, kami tidak boleh bongkar, jadinya kami terhambat bahkan disuruh mutar arah," ungkap Indra, salahsatu sopir angkutan batubara.
Diakuinya, tak sedikit para sopir membongkar muatannya didepan warung makan karena kehabisan uang jalan.
"Siapa tahan kalau harus memarkirkan mobil penuh muatan berhari-hari didepan rumah makan. Karena kami harus menunggu mobil itu, serta kami butuh makan. Makanya banyak yang tidak tahan dan terpaksa menumpahkan batubara didepan rumah makan yang tak jauh dari lokasi penyetopan," terangnya.
Sementara itu, Supran, salahsatu pengusaha transportir menjelaskan duduk permasalahan tersedatnya angkutan batubara dikarenakan pihak BSL meminta secara sepihak kenaikan kontrak yang telah disepakati.
"Didalam kontrak telah disepakati bahwa transportir harus membayar Rp 2.500/ton kepada pihak PT BSL, tetapi baru berjalan tiga minggu kontrak itu, pihak BSL meminta Rp 6.000/ton tanpa ada musyawarah terlebihdahulu. Padahal didalam kontrak masa berlakunya sampai 31 Desember 2018," jelas Supran.
Akibatnya, sudah 10 hari ini, armadanya tidak beroperasi, dan saat ini, dirinya bersama pengusaha transportir lainnya yang keberatan dengan adanya permintaan sepihak tengah melakukan komimunikasi dengan pihak BSL.
"Kalau kami turuti, terus terang kami keberatan, sebab, terlalu besar kenaikan yang diminta pihak BSL. Namun, kami saat ini masih berkomunikasi dengan pihak BSL untuk mencari jalan keluarnya agar operasional bisa berjalan kembali. Karena kasihan para supir yang tidak bekerja, sementara akan menghadapi lebaran," tukasnya.
Sebelumnya, Robot perwakilan dari PT BSL saat dihubungi sejumlah media mengaku tidak tahu menahu soal penyetopan ratusan angkutan batubara yang menuju dermaga di Desa Prambatan kabupaten PALI.
Bahkan dari ujung telpon, dirinya mengaku sedang sibuk dan menyuruh awak media untuk mengkonfirmasi kepada anak buahnya. "Saya tidak tahu, cari saja orang saya pak, saya lagi sibuk," singkatnya.(red)
No comments:
Post a Comment