Tiga Tahun Warga "Makan" Limbah GHEMMI Namun Tak Ada Penyelesaian

PRABUMULIH – Limbah yang dihasilkan dari aktivitas Penambangan Batubara PT.GHEMM Indonesia yang saat ini masih menjadi polemik ditengah masyarakat sekitar perusahaan kini kembali diperbincangkan

Perusahaan yang bergerak dengan memanfaatkan batubara untuk kemudian menjadi tenaga listrik itu kembali mengusik warga setempat


"Petugas mengecek Kondisi kebun karet warga yang tergenang limbah perusahaan"


M.Kosen,SH salah satu warga Kelurahan Gunung Kemala Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih yang mengaku kebun karet miliknya menjadi korban limbah perusahaan yang hingga kini belum diselesaikan oleh pihak perusahaan

“sekitar 24.000 Meter persegi kebun karet milik saya tercemar limbah perusahaan, hampir 3 tahun lebih kita menuntut perusahaan untuk menormalisasi sungai yang tercemar dan mengganti rugi lahan” ungkapnya

“Namun hingga kini PT.GHEMM Indonesia yang beroperasi di Desa Gunung Raja Kecamatan Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim itu belum juga memberikan tanggapan yang memuaskan “tambahnya saat dibincangi dikediamannya



Sementara itu, Richard selaku General Manager PT.GHEMM Indonesia saat dihubungi melalui sambungan telepon mengungkapan pihaknya telah beberapa kali mengajak masyarakat setempat yang terkena dampak limbah perusahaan untuk duduk bersama

“kita sudah pernah merundingkan masalah ini namun tidak pernah ada kesepakatan antara kedua pihak. Yang saya tau perusahaan sudah memberikan tawaran kepada masyarakat namun belum ada kesepakatan” sambungnya

Sebelumnya warga Gunung Kemala menuntut perusahaan untuk segera menormalisasi sungai Penimur dan melakukan ganti rugi yang sesuai

Dari pantauan media ini terlihat sungai yang melewati tambang batubara itu terhubung langsung dengan pemukiman warga sehingga saat hujan turun limbah dari perusahaan itu mengalir langsung kesungai

Tak hanya itu sungai Lematang di Kelurahan Payuputat juga terkena dasyatnya limbah tersebut

Salah satu warga Payuputat yang tidak mau namanya disebutkan mengatakan Sungai Kero juga terkena dampak dari air asam tambang yang dihasilkan perusahaan

“waktu hujan dan terjadi banjir sungai disini hitam pekat pak, dulu ikan disini banyak saat musim kemarau tapi kini sudah mulai berkurang ikannya pak” tuturnya

Sumarden, SKM selaku Lurah Gunung Kemala saat dipintai keterangan mengenai Aksi yang akan digelar warga besok pagi berharap warganya tidak melakukan aksi diluar jalur hukum

“untuk warga tidak perlu anarkis jika demo nanti, sampaikan aspirasi sesuai hukum saja, dan mudah mudah perusahaan bisa memberi solusi” tutupnya (Tau)
Share:

No comments:

Post a Comment


Youtube SiniNews

Facebook SINI News

Followers

Subscribers

Postingan Populer

Blog Archive

Comments

Berita Utama

sitemap

Recent Posts