Kondisi ini tentu membuat tanda tanya petani yang mengaku tidak mengetahui penyebab kenapa hal itu terjadi, sebab dikatakan sejumlah petani bahwa biasanya gugur daun terjadi saat musim kemarau, tetapi kali ini tidak mengenal musim. Bahkan tahun 2018 lalu, gugur daun pada tanaman karet di Bumi Serepat Serasan lebih dari lima kali.
"Kami minta pemerintah turun tangan meneliti penyebabnya, dan menggerakkan penyuluh lapangan untuk turun kelapangan bersama petani mencari solusinya," ujar Herman salahsatu anggota kelompok tani Maju Bersama, Desa Simpang Tais, Kamis (31/1).
Diutarakannya juga bahwa penderitaan petani karet bertambah, karena diketahui saat ini bahwa harga getah cukup rendah diperparah adanya kondisi gugur daun tidak mengenal musim.
"Selain produksi getah terus menurun, banyak diantaranya tanaman karet mati. Banyak yang menyarankan agar pohon karet dipupuk, tapi terus terang keinginan itu ada, tetapi kami tidak mampu beli pupuk. Hanya satu harapan kami, yakni pemerintah membantu kesulitan kami dan meneliti apakah kondisi itu karena alam atau penyakit serta mencari solusi agar tanaman karet kami bisa normal dan menghasilkan getah banyak," pintanya.
Terpisah, Ahmad Jhoni, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten PALI mengaku bahwa pihaknya telah menerima beberapa surat keluhan dari kelompok tani terkait kondisi tersebut.
"Kami telah lalukan penyuluhan dibeberapa kecamatan. Dan dari hasil penelitian kami, kondisi itu akibat jarak tanam yang kurang sesuai dan kebun yang tidak pernah dibersihkan," terang Ahmad Jhoni.
Petani juga disarankan kepala Dinas Pertanian agar mengajukan surat melalui kelompok tani untuk menyampaikan keluhan maupun permintaan bantuan lainnya.
"Kami siap menampung keluhan petani dan langsung mengerahkan PPL untuk melakukan penyuluhan, dan apabila ada permintaan bantuan, silahkan ajukan melalui kelompok tani," tandasnya.(SN)
No comments:
Post a Comment