MUARA ENIM--Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel Pandji Tjahtanto S Hut, MSI, mengatakan sesuai dengan prakiraan, puncak musim kemarau tahun ini terjadi pada bulan Juli – September mendatang. Karena berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG, awal musim kemarau tahun ini dimulai pada bulan Juni.
“Walaupun sampai hari ini kondisi cuaca masih kondusif, hujan masih ada. Namun saya ingatkan kepada semua pihak untuk tidak terlena dan selalu siaga dalam menghadapi perubahan cuaca dan iklim yang seringkali tak menentu,” jelas Pandji saat memimpin apel siaga api yang dilaksanakan manajemen perusahaan HTI PT Musi Hutan Persada beberapa waktu lalu.
Menjadi sangat penting, lanjutnya, untuk memastikan bahwa tak ada kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan asap. Karena jelas akan mengganggu kesehatan lingkungan serta aktifitas kerja setiap hari.
Dijelaskannya, upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Sumsel makin ditingkatkan oleh semua pihak, melalui berbagai strategi pendekatan yang lebih efektif.
Karena, lanjutnya, Provinsi Sumsel termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kerawanan kebakaran hutan , kebun dan lahan tinggi.
Itu dapat dilihat dari bencana kebakaran hutan dan lahan beserta asapnya yang besar di tahun 2015 tercatat luas hutan, kebun dan lahan yang terbakar mencapai sekitar 736.563 hektar.
Namun, lanjutnya, pada tahun 2016 kebakaran berkurang menjadi 978 hektar. Kemudian tahun 2017 kebakaran menjadi 9.285 hektar dan tahun 2018 kebakaran kebun, hutan dan lahan menjadi 41.150 hektar.
“Berarti terjadi penurunan yang cukup siknifikan,” jelasnya. Demikian juga terhadap jumlah titik panas atau hitspot pada tahun 2015 berjumlah 27.043 titik, tahun 2016 berjumlah 1.214 titik, tahun 2017 dan 2018 sebanyak 2.840 titik.
“ Sampai dengan Bulan April lalu sudah mulai terdeteksi adanya hotspot berjumlah 46 titik,” jelasnya. Potensei kebakaran hutan dan lahan di Sumsel cukup tinggi dengan adanya lahan gambut yang cukup luas mencapai 1,41 juta hektar atau sekitar seperlima dari luas wilayah Sumsel. Lahan gambut tersebut tersebut di wilayah OKI hingga perbatasan Muba dan Jambi, di wilayah Kabupaten PALI, Muara Enim, Ogan Ilir, Banyuasin dan Musi Rawas Utara.
“Walaupun sampai hari ini kondisi cuaca masih kondusif, hujan masih ada. Namun saya ingatkan kepada semua pihak untuk tidak terlena dan selalu siaga dalam menghadapi perubahan cuaca dan iklim yang seringkali tak menentu,” jelas Pandji saat memimpin apel siaga api yang dilaksanakan manajemen perusahaan HTI PT Musi Hutan Persada beberapa waktu lalu.
Menjadi sangat penting, lanjutnya, untuk memastikan bahwa tak ada kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan asap. Karena jelas akan mengganggu kesehatan lingkungan serta aktifitas kerja setiap hari.
Dijelaskannya, upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Sumsel makin ditingkatkan oleh semua pihak, melalui berbagai strategi pendekatan yang lebih efektif.
Karena, lanjutnya, Provinsi Sumsel termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kerawanan kebakaran hutan , kebun dan lahan tinggi.
Itu dapat dilihat dari bencana kebakaran hutan dan lahan beserta asapnya yang besar di tahun 2015 tercatat luas hutan, kebun dan lahan yang terbakar mencapai sekitar 736.563 hektar.
Namun, lanjutnya, pada tahun 2016 kebakaran berkurang menjadi 978 hektar. Kemudian tahun 2017 kebakaran menjadi 9.285 hektar dan tahun 2018 kebakaran kebun, hutan dan lahan menjadi 41.150 hektar.
“Berarti terjadi penurunan yang cukup siknifikan,” jelasnya. Demikian juga terhadap jumlah titik panas atau hitspot pada tahun 2015 berjumlah 27.043 titik, tahun 2016 berjumlah 1.214 titik, tahun 2017 dan 2018 sebanyak 2.840 titik.
“ Sampai dengan Bulan April lalu sudah mulai terdeteksi adanya hotspot berjumlah 46 titik,” jelasnya. Potensei kebakaran hutan dan lahan di Sumsel cukup tinggi dengan adanya lahan gambut yang cukup luas mencapai 1,41 juta hektar atau sekitar seperlima dari luas wilayah Sumsel. Lahan gambut tersebut tersebut di wilayah OKI hingga perbatasan Muba dan Jambi, di wilayah Kabupaten PALI, Muara Enim, Ogan Ilir, Banyuasin dan Musi Rawas Utara.
No comments:
Post a Comment