PALI. SININEWS.COM -- Serba sulit saat ini dirasakan masyarakat kecil pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, yaitu pertalite dan solar termasuk pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).
Pasalnya, sejak BBM harganya naik, hampir seluruh bahan pokok menyesuaikan harganya. Ini sangat berpengaruh pada penghasilan pelaku UKM.
Karena dengan melonjaknya harga bahan pokok, pelaku UKM dihadapkan pada permasalahan yang serba salah.
Bahkan sejumlah pelaku UKM mengaku saat ini nasibnya ibarat makan buah Simalakama.
Menaikkan harga dagangannya dipastikan sepi karena daya beli masyarakat menurun, tidak dinaikkan akan merugi.
Sebab, dengan harga bahan pokok naik, otomatis modal untuk berniaga bertambah.
Ada sejumlah pedagang makanan menyatakan bertahan dengan harga lama agar pelanggan tidak keberatan meski untung yang didapat sangat tipis, namun ada juga yang terpaksa menaikkan sedikit karena kalau tidak demikian, dipastikan merugi.
Salah satu yang menyatakan terpaksa menaikkan harga adalah Ayu, penjual Miso yang cukup terkenal di kota Pendopo kecamatan Talang Ubi.
Ayu mengatakan bahwa harga Miso ceker yang biasa dijual Rp5 ribu per porsi, sekarang naik menjadi Rp7 ribu.
"Hanya Miso yang naik, sebab harga bahan pembuatan sudah hampir seluruhnya naik. Kalau untuk gorengan dan minuman masih tetap harga lama," ujar Ayu, Senin 12 September 2022.
Diakui Ayu bahwa hanya minyak goreng curah yang masih bertahan harganya, dikisaran Rp14 ribu per liter.
"Kalau bahan lain sudah naik semua. Seperti tepung, gula, telur dan sayuran. Hanya minyak goreng curah yang bertahan harganya," tukasnya.
Seperti mengunyah pil pahit juga dirasakan Toni, penjual gorengan di pinggir jalan Merdeka Talang Ubi, pasalnya dia mencoba mengurangi volume dagangannya, namun yang didapat pelanggan banyak yang urung membeli dagangannya.
"Serba salah kondisi saat ini, dinaikkan salah, bertahan rugi. Kami berharap, kenaikan BBM dan bahan pokok harus diimbangi peningkatan ekonomi masyarakat supaya ada penyesuaian," harapnya.
Sebelumnya, ketua DPD PKS kabupaten PALI Kuyung Rizal menyampaikan penolakannya terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi karena imbasnya dapat mencekik masyarakat dengan penghasilan menengah kebawah.
"Kami minta turunkan kembali harga BBM karena saat ini masyarakat masih tertatih-tatih dari keterpurukan akibat pandemi. Kalau kebijakan ini tidak diimbangi, maka masyarakat kecil jadi korban," pintanya. (sn/perry)
No comments:
Post a Comment