Berdasarkan Hasil Lab, Dinkes PALI Tetap Bersikukuh Tempe dan Air PDAM Penyebab Keracunan MBG

Berdasarkan Hasil Lab, Dinkes PALI Tetap Bersikukuh Tempe dan Air PDAM Penyebab Keracunan MBG



PALI. SININEWS.COM -- Dengan berdasarkan sertifikat hasil uji nomor SR.04.04/XI.1/138/2025 dari Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Palembang, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten PALI tetap bersikukuh bahwa tempe yang digoreng menjadi pemicu keracunan massal ratusan siswa pasca mengkonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Hal itu disampaikan langsung Plt Kepala Dinkes PALI, H.Andre dihadapan puluhan pewarta, Jum'at 22 Mei 2025 di Kantor Dinkes PALI.

Menurut H.Andre bahwa pada kandungan tempe yang digoreng mengandung kuman patogen jenis Staphylococcus aureus yang melebihi ambang batas aman yakni 45.000 CFU/gr yang mana batas aman SNI adalah 2332,9 : 2015.

Bukan hanya tempe yang digoreng hasilnya diatas nilai baku mutu, sampel air sumur bor dan air dari PDAM juga disebut menjadi pemicu keracunan.

"Dari hasil lab sampel makanan, ada tiga kode sampel makanan yang dikonsumsi anak-anak, hasilnya diatas nilai baku mutu. Yang pertama adalah tempe yang sudah digoreng, yang kedua air yang bersumber dari sumur bor dan yang ketiga adalah air yang bersumber dari PDAM," ungkap H.Andre.

Sementara itu, Yati pengrajin tempe yang memasok dapur MBG di PALI mengaku keberatan apabila produk yang dihasilkan dituduh pemicu keracunan.

Sebab menurut pengrajin tempe tersebut bahwa pembuatan tempe harus benar-benar higienis dan tidak sembarangan.

Bahkan penggunaan air dalam pembuatan tempe pun tidak sembarangan, harus benar-benar bersih.

Sebelum kejadian, Yati akui bahwa pengelola dapur MBG hanya membeli 300 keping tempe tidak seperti biasanya yang memesan 500 keping.

"Saat itu pengelola dapur membeli 300 keping, katanya masih banyak sisa tempe minggu kemarin. Saya tidak menjamin kalau tempe sisa minggu kemarin kemudian dibekukan dan dimasak lagi karena tempe sifatnya cepat busuk," ungkap Yati.

Hasil lab yang menemukan ada kuman patogen membahayakan, Yati meminta pihak yang meneliti untuk lebih rinci dalam menjelaskan asal usul bakteri tersebut berasal dari mana.

"Kalau dari kami sudah dari tahun 2012 menjadi pengrajin tempe tidak ada masalah. Untuk itu saya minta bakteri itu dari mana asalnya," imbuhnya.

Pasca ramai diberitakan penyebab keracunan berasal dari tempe, Yati merasakan dampak terhadap hasil penjualan.

"Jauh menurun omzet kami, dari 500 keping tempe yang dibuat, hanya laku sekitar 200 keping. Harapan kami ada solusi dari pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, kalau memang dari kedelai, tolong siapkan kedelai yang bermutu tetapi kalau dari air, kami selalu gunakan air sumur biasa tidak memakai air dari PDAM," jelas Yati.(sn/perry)


Share:

No comments:

Post a Comment


Youtube SiniNews

Facebook SINI News

Followers

Subscribers

Postingan Populer

Blog Archive

Comments

Berita Utama

sitemap

Recent Posts