Jamaah Muslimin Serukan Pemerintah RI Bantu Ciptakan Perdamaian di Sudan


Ribuan warga Sudan terancam kelaparan akut akibat perang saudara yang berkepanjangan di Sudan (Foto: Le Monde)


Jakarta. SININEWS.COM - Imam Jamaah Muslimin (Hizbullah) Yakhsyallah Mansur menyerukan kepada Pemerintah RI untuk membantu terciptanya perdamaian di Sudan agar negara yang terletak di timur laut benua Afrika itu segera keluar dari krisis politik dan keamanan yang berkepanjangan.


Siaran pers Jamaah Muslimin, Selasa (4/11) menyebutkan, Pemerintah Indonesia perlu proaktif dalam melaksanakan amanah konstitusi, yaitu ikut serta dalam upaya menciptakan perdamaian dunia serta memberikan bantuan nyata bagi warga Sudan agar mereka dapat kembali membangun kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera.


Imaam Yakhsyallah Mansur juga menyampaikan seruan internasional untuk menghentikan kekerasan dan membantu rakyat Sudan yang tengah menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.


Pimpinan Jama’ah Muslimin menilai, membantu warga Sudan keluar dari krisis merupakan kewajiban moral dan religius bagi kaum Muslimin di seluruh dunia.


Pernyataan itu disampaikan Imaam Yakhsyallah terkait meningkatnya serangan dan pembunuhan massal di wilayah Darfour, Sudan. Konflik berkepanjangan antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) kini memasuki tahun ketiga, menelan korban besar di kalangan warga sipil.


Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 24 juta dari total 50 juta penduduk Sudan menghadapi kelaparan akut, sementara lebih dari 13 juta orang terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka.


Serangan RSF pada 29 Oktober 2025 di Kota Al-Fasher, Darfour, disebut sebagai salah satu tragedi paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir, dimana 1.500 warga sipil tewas hanya dalam tiga hari. Rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum dilaporkan rusak parah sehingga mennjadikan wilayah itu nyaris tidak layak huni.


Dalam sikap resminya, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) mengutuk keras pembunuhan terhadap warga sipil di Sudan yang dinilai sudah mengarah pada tindakan genosida.


Disebutkan, penumpahan darah manusia tanpa alasan yang sah adalah kezaliman besar dan pelanggaran terhadap nilai kemanusiaan universal dan ajaran Islam.


Mengutip Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat 32, Imaam Yakhsyallah menegaskan bahwa membunuh satu jiwa tanpa hak berarti sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Sebaliknya, menyelamatkan satu jiwa berarti menyelamatkan kehidupan seluruh manusia.


Ia juga menyerukan kepada semua pihak yang berkonflik di Sudan agar segera menghentikan kekerasan dan mengingat kembali bahwa mereka adalah sesama Muslim yang bersaudara, sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Muslim: ‘Setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’


Imaam Yakhsyallah menyatakan, akar utama dari kehancuran Sudan adalah menyimpangnya umat dari nilai-nilai Islam yang sejati. Ketika dorongan syahwat kekuasaan mengalahkan prinsip keadilan dan ukhuwah, maka pertumpahan darah dan kehancuran moral menjadi keniscayaan.


Ia menutup pernyataan dengan ajakan kepada seluruh umat Islam agar memperkuat kesadaran akan pentingnya persatuan umat, bertaubat atas kelalaian terhadap nasib saudara-saudara seiman, dan menggalang dukungan moral serta material bagi korban konflik di Sudan, Palestina, dan wilayah-wilayah Muslim yang tertindas lainnya.(sn)

Share:

No comments:

Post a Comment


Youtube SiniNews

Facebook SINI News

Followers

Subscribers

Postingan Populer

Blog Archive

Comments

Berita Utama

sitemap

Recent Posts