Kelumpuhan yang dialami Hermanyanto telah berlangsung lebih dari tiga tahun, dan meski telah diobati dengan berbagai cara, tetapi sakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh.
"Kejadian sudah lebih dari tiga tahun, saat itu aku jatuh dengan posisi duduk diatas ketinggian lebih kurang 15 meter. Saat kejadian, aku sendirian memanjat pohon tanpa mengajak teman, sehingga tidak ada orang yang mengetahuinya. Ketika jatuh, badan aku tidak dapat lagi digerakan, membuat aku bertahan semalaman di lokasi kejadian sampai pagi harinya istri aku menemukan aku," terang Hermanyanto, Kamis (6/9).
Sejak kejadian itu, dirinya mengaku telah berobat ke rumah sakit dan bantuan pemerintah kabupaten PALI sering dia dapatkan. Tetapi saat pulang dari rumah sakit dan diarahkan dokter untuk kontrol dan berobat jalan, dirinya kesulitan karena kondisinya lumpuh.
"Menuju rumah sakit memang tidak begitu jauh, tetapi karena kondisi lumpuh dan akses rumah kami hanya bisa dilalui sepeda motor, jadi aku hanya diam di rumah karena tidak mau merepotkan orang lain apabila harus berobat jalan," tukasnya.
Selama Hermanyanto sakit, tulang punggung keluarganya diambil alih sang istri, yang hanya menjadi buruh nyadap karet untuk menghidupi keluarga dan tiga orang anaknya.
"Tidak ada pilihan lain pak, aku harus menghidupi keluarga dengan menyadap karet. Sepulang menyadap aku rawat suami aku dan memberikan obat seadanya, sebab kalau dirawat lama di rumah sakit, selain harus ditunggu yang tentunya butuh biaya juga aku tidak bisa mencarikan nafkah," ungkap Ema (33) istri Hermanyanto saat ditanyai media ini.
Sementara itu, dr H Muzakir, kepala Dinas Kesehatan Kabupaten PALI yang ikut melihat kondisi Hermanyanto menjelaskan bahwa apabila pasien dan keluarga pasien mau dirawat di rumah sakit, seluruh biaya perobatan ditanggung pemerintah.
Hanya saja, kendala yang membuat keluarga keberatan adalah saat menunggu pasien. Tetapi saat ini diakui dr Muzakir, pihaknya telah menyiapkan rumah singgah bagi keluarga pasien, baik itu di Kabupaten PALI sendiri maupun di kota Palembang, Prabumulih dan Muara Enim yang lokasinya dekat dengan rumah sakit.
"Pemerintah biayayai pengobatan pasien ini. Tetapi dari hasil diagnosa, untuk luka dibagian punggang dan kaki pasien bisa disembuhkan namun perlu perawatan intensif. Namun untuk lumpahnya, tipis harapan untuk sembuh," terang dr Muzakir.(red)
No comments:
Post a Comment