PALI.SININEWS.COM -- Petani karet di Bumi Serepat Serasan saat ini sepertinya masih harus mengencangkan ikat pinggang untuk menghemat pengeluarannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, lantaran meski harga getah yang mulai merangkak naik dan hampir menembus angka Rp 8.000/kg untuk getah kualitas mingguan tetap saja penghasilan petani belum juga kunjung membaik.
Pasalnya, produksi getah petani kian hari semakin merosot akibat saat ini berada di puncak musim kemarau yang berimbas pohon karet alami gugur daun.
"Pasaran getah hari ini memang naik lagi, dari minggu lalu yang hanya Rp 6.500/kg saat ini mencapai Rp 6.900/kg. Tapi sekarang pohon karet sedang gugur daun mengakibatkan getah yang keluar sangat sedikit," ujar Kaslani, salah satu petani asal Desa Jerambah Besi Kecamatan Talang Ubi, Selasa (8/9).
Keluhan sama diutarakan Gunawan, bahwa meski harga naik tapi produksi getah menurun lebih 50 persen.
"Saat normal, getah kami mencapai 100 kg/hektar, tapi saat ini hanya 48 kg/hektar. Jadi percuma harga naik karena pendapatan kami masih tetap belum mampu menutupi kebutuhan hidup," keluhnya.
Sementara itu, Edi Eka Puryadi, ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) PALI kerap menyarankan petani karet di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) untuk memanfaatkan pekarangan rumah atau menanam palawija secara tumpang sari.
"Supaya tidak terpaku dengan hasil karet, coba manfaatkan pekarangan atau menanam tanaman jenis sayur-sayuran. Minimal kita tidak membeli sayuran untuk menopang perekonomian keluarga," sarannya. (sn/perry)
No comments:
Post a Comment