Akibatnya aktivitas warga terganggu dan yang hanya bisa melintasi jalan tersebut hanya kendaraan roda dua, itu pun pengendara harus ekstra keras karena tidak mudah untuk bisa lolos dari kubangan lumpur di jalur tersebut.Sementara untuk kendaraan roda empat, apabila ingin menuju atau keluar dari Desa Sungai Langan, terpaksa harus menahan diri, menunggu jalan tersebut kering.
"Pasar kalangan desa ini kemarin urung,sebab para pedagang tidak bisa masuk ke desa kami.Selain itu,hasil sadapan para petani karet juga susah dijual,karena tidak adanya pembeli getah.Kalau pun ada,pembeli getah menekan harga semaunya,dan biasa Rp 7.000/kg,masih untung terjual Rp 5.000/kg," ungkap Agenfri,kepala desa setempat,kepada media ini,Minggu (24/12).
Saat ini,diakui Agenfri bahwa pihak perusahaan tengah membantu perbaikan jalan tersebut,hanya disayangkan sang Kades bahwa perusahaan yang membantu yakni Pertamina Pendopo dan Medco hanya mendatangkan alat berat saja.
"Sebelumnya ada komitmen bahwa dari Medco akan mengirim alat berat,dan materialnya dari pihak Pertamina.Namun,kedua perusahaan itu semuanya mengirim alat berat.Kami minta,dua perusahaan harus komitmen memenuhi janjinya,sebab percuma jalan desa kami kalau hanya dikerjakan pakai alat berat tanpa adanya material dalam hal ini batu krokos," terang Kades.
Dirinya juga akan meminta Pemkab PALI untuk segera membangun jalan tersebut.
"Kami sudah tahu bahwa jalan desa kami bakal kembali dibangun tahun 2018,namun karena saat ini darurat kami juga meminta Pemkab untuk mempercepat pembangunan agar aktivitas warga lancar," tandasnya.
Sementara itu, Tri Hartanto, perwakilan Medco E&P membenarkan bahwa ada komitmen bersama untuk perbaikan jalan di desa Sungai Langan.
"Kalau kami kirim alat berat,tapi kalau komitmen berubah dan perusahaan kami yang harus menyediakan material,akan ditinjau ulang,karena kami juga sudah kirim alat sesuai yang kami janjikan," ucapnya.(admin)
No comments:
Post a Comment