BERGERAK DENGAN HATI, PULIHKAN PENDIDIKAN


Oleh: BAYUMIE SYUKRI, AP., SE., M. Si., C. MMI*)

Penulis adalah: Praktisi dan Pemerhati Pendidikan,

Koordinator Guru Penggerak Kota Palembang


Pandemi Covid-19 yang hampir dua tahun melanda dunia pendidikan tentu memberikan dampak yang berat bagi para peserta didik di seluruh Indonesia. Sektor pendidikan ini harus tetap berdaya karena menjadi kawah candradimuka lahirnya Profil Pelajar Pancasila sebagai generasi penerus bangsa. Kegiatan pembelajaran yang sejatinya merupakan hubungan interaksi edukatif antar guru dengan siswa kini terhambat oleh jarak dan fasilitas. Sekolah harus mampu melakukan berbagai inovasi agar dapat menjalankan pembelajaran efektif dan produktif. Inovasi-inovasi yang dilakukan itu harus pula didukung dengan semangat dan komitmen bersama seluruh stakeholders.  Keterbatasan fasilitas tentu menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen dalam dunia pendidikan.  Totalitas warga sekolah adalah hal penting dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu serta menjaga ritme pembelajaran. Sehingga dalam keadaan sedang bertarung dengan penjajah tak kasat mata sekalipun, sekolah senantiasa berkarya dan berprestasi. Karena kebutuhan mendapatkan pembelajaran sudah tidak dapat diganggu gugat keberadaannya dalam Undang-Undang. Juga kaitannya dengan persoalan jarak, yang menjadikan hubungan menjadi terhambat. Orientasi merdeka belajar yang memberikan ruang terbuka untuk pengembangan segala karya dan kreatifitas peserta didik adalah solusi alternatif dalam menghadapi realita pendidikan saat ini. Tentu tujuannya melihat masa depan dengan tantangan yang lebih kompleks dan terbuka.  

Permasalahan pembelajaran di masa pandemi paling besar di hadapi oleh siswa. Kebanyakan siswa kesulitan memahami materi pelajaran. Hal ini diakibatkan perubahan cara belajar yang semula di bimbingan secara langsung oleh guru, kemudian menuntut ke arah pembelajaran mandiri. Upaya pengembangan kemampuan peserta didik saat ini tentu terbatas dalam aspek komunikasi. Virtualisasi komunikasi yang tengah dibangun menjadi budaya kini, tentu mendapatkan tantangan sosial yang berkaitan dengan norma dan etika. Norma dan etika dalam konteks ini kembali kepada interaksi yang biasa terjadi di lingkungan sekolah, sebelum masa pandemi Covid 19 melanda. Suatu hal yang semoga saja tidak dilupakan oleh para generasi muda.

Pemberlakuan Pembelajaran tatap Muka Terbatas (PTMT) adalah solusi yang harus diambil dan diterima oleh semua pihak untuk mengatasi learning loss.  Momok learning loss menjadi persoalan bersama. Ketakutan akan hadirnya sebuah generasi “lolos rem” karena pernah masuk pada fase learning loss tentu sangat tidak diharapkan. Learning loss adalah hilangnya kesempatan belajar secara efektif bagi peserta didik di sekolah yang berakibat pada penurunan penguasaan kompetensi peserta didik yang dikarenakan kondisi pandemi Covid-19. 

Di tengah perkembangan iptek yang sangat cepat, pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan mengambil peran yang lebih dari sekedar mengajar dan mengelola pendidikan, tetapi juga mengubah pola belajar anak ke arah Merdeka Belajar dan internalisasi nilai-nilai Pelajar Pancasila. Merebaknya pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik dan tenaga kependidikan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang komunikatif, kolaboratif, kreatif, dan kritis. Melalui strategi pembelajaran yang diselenggarakan baik dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) melalui PTMT akan lebih menarik dan menyenangkan peserta didik dan dapat mengatasi terjadinya learning loss. 

Perubahan pendidikan masih terus terjadi dengan diterapkannya PTMT, penyesuaian kembali harus dilakukan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Perubahan tersebut membutuhkan kolaborasi yang apik antara guru, orangtua dan siswa untuk bersinergi mewujudkan sistem pembelajaran yang terbaik untuk putra-putri bangsa ini. Tentunya apa yang telah dilakukan para guru adalah bentuk gerakan hati demi pemulihan pendidikan. Apresiasi yang setinggi-tingginya untuk para guru yang telah melakukan perubahan-perubahan dalam rangka menyesuaikan diri menghadapi pandemi ini demi tercapainya tujuan pembelajaran. Semuanya itu dilakukan agar proses belajar mengajar tetap terlaksana dengan baik. Orangtua juga sudah mulai sadar akan pentingnya pendidikan untuk putra-putrinya. Dan hal tersebut mengubah paradigma masyarakat bahwa pendidikan tidak lagi menjadi tanggung jawab para guru saja tetapi menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, gunakan hati, rasa, pikir dan tindakan nyata dalam memulihkan situasi pendidikan agar lebih baik lagi.

Mari kita bergerak dengan hari, pulihkan pendidikan.  Karena dalam  pendidikan, manusia seharusnya diukir, bukan dicetak. Ukiran membutuhkan pahatan penuh pedih-perih: seseorang mesti belajar dengan baik sebab ilmu pengetahuan sulit untuk direngkuh. Jika lembaga pendidikan hanya mau mencetak “pekerja”, bukan “pembelajar”, maka benar sudah, kelas-kelas sudah tak lagi menjadi tempat tumbuh kembangnya keilmuan, tapi kadung menjadi pabrik para pekerja. Mari ubah mindset kita bahwa belajar tak melulu hanya dalam kelas. Pendidikan semestinya bisa mengembangkan kualitas diri, bukan malah mengekangnya. Proses belajar tidak hanya terjadi dalam kelas, tapi juga terjadi di mana pun, kapan pun dan dengan siapa pun. Setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah kelas. Mari belajar bersama!

Hal ini perlu kita terima bukan saja sebagai kritik, bahkan renungan bagi para kita semua sebagai pendidik untuk memperbaiki proses pembelajaran. Kepentingan anak mendapatkan hak pendidikan janganlah disalahpahami menempatkan anak sebagai objek dalam pembelajaran. Belajar yang berpusat pada anak berarti mengajaknya sebagai teman belajar, sebagai subjek yang sama-sama belajar. Kewajiban anak menghormati guru dan orangtua jangan sampai memposisikannya sebagai subordinat dalam proses belajar. Sebaliknya, pelayanan pendidikan yang baik diwujudkan melalui penghormatan kepada peserta didik. Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan istilah menghamba pada anak, melalui sentuhan hati, untuk memulihkan situasi dan kondisi psikologis para pembelajar.

Untuk itulah, sejatinya menanggung beban predikat Guru di pundak, tidaklah ringan. Banyak sekali tugas dan tanggung jawab dipikul dalam rangka melaksanakan visi nasional, mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam konteks lebih kecil, guru harus mampu membelajarkan peserta didik. Mengasah dan mengembangkan pengatahuan, sikap dan keterampilan siswa menjadi lebih baik,  lebih maju dan siap untuk hidup di masyarakat pada masa mendatang.  Karena itu mari kita mendorog tumbuh kembang anak secara holistik, menjadi pemimpin pembelajaran dalam ekosistem pendidikan di sekolah, bergandengan tangan dengan derap kolaborasi untuk sebuah perubahan serta melangkah bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan.  Selamat Hari Guru Nasional 2021 dan HUT PGRI ke-76.

Share:

No comments:

Post a Comment



Youtube SiniNews

Facebook SINI News

Followers

Subscribers


Postingan Populer

Blog Archive

Comments

Berita Utama

sitemap

Recent Posts