Caption foto. Kapolres PALI saat hadiri sosialisasi wawasan kebangsaan
PALI. SININEWS.COM -- Isu proxy war menjadi ancaman utama bagi bangsa di era globalisasi saat ini, karena salah satu sasarannya menyerang generasi muda.
Isu proxy war menjadi ancaman utama bangsa dikemukakan Kapolres Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) AKBP Efrannedy SIK saat hadiri sosialisasi Wawasan Kebangsaan, Kamis 28 Juli 2022.
Kegiatan sosialisasi wawasan kebangsaan sendiri digelar Pemerintah Kabupaten PALI di Gedung Pesos Komplek Pertamina Pendopo.
"Ancaman bangsa telah
memasuki sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara. Ancaman tersebut disebut proxy war," ungkap Kapolres PALI.
Salah satu sasaran proxy war disebutkan Kapolres PALI adalah menghancurkan generasi muda bangsa Indonesia (lost generation) yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan bangsa dan integritas NKRI.
"Untuk antisipasi proxy war , generasi muda selain dituntut terampil, cerdas dan kompetitif, juga harus memiliki
mental ideologi yang kuat, berakhlak mulia, berjiwa nasionalisme dan patriotisme, cinta tanah air, berwawasan kebangsaan serta mewarisi semangat keteladanan nilai-nilai Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945," jabar Efrannedy.
Sementara itu, Sekda PALI Kartika Yanti yang mewakili bupati PALI pada kegiatan tersebut menyatakan bahwa untuk dapat mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku pemuda ke arah yang lebih baik, generasi muda harus tetap memelihara persatuan bangsa, terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
"Wawasan kebangsaan dapat memberikan jaminan atas tercapainya kepentingan nasional baik ke dalam maupun keluar khususnya di kabupaten PALI," kata Sekda.
Dalam kegiatan tersebut selain peserta, juga dihadiri Dandim 0404 Muara Enim , Kepala Kejari PALI dan Kepala Kesbangpol PALI.
Sedangkan dari beberapa sumber informasi yang dihimpun media ini, Proxy war atau perang proxy adalah perang ketika pihak yang berkepentingan tidak ikut terlibat langsung pada saat perang tersebut terjadi.
Proxy War merupakan sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada kehancuran fatal.
Dalam proxy war, negara yang berkepentingan, memanfaatkan potensi konflik di negara sasaran, misalnya isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Hal ini melumpuhkan otak dan raga melalui penyebaran narkoba, miras, dan pornografi, serta maraknya perilaku KKN sehingga terciptanya ketidakadilan menyebabkan timbulnya kerawanan kesenjangan dan konflik sosial berkepanjangan. (sn/perry)
No comments:
Post a Comment